Kunjungan Survey Savemillions Kamis 30 Juni 2016 Ke Yayasan Saung Angklung Udjo
Kunjungan Survey Savemillions Kamis 30 Juni 2016 Ke Yayasan Saung Angklung Udjo
Foto 1: Bapak. Sam Udjo, Putra Founding Fathers Yayasan Saung angklung Udjo: Bapak. Udjo Ngalagena (Alm).
Siapa yang tidak kenal dengan alat musik bambu bernama angklung? Siapapun pasti kenal dengan angklung. Apalagi sebagai pewaris budaya, khususnya kesenian bermusik tradisional angklung, yang mana bukan hanya pemain angklung saja selaku ahli waris budaya, tetapi juga penikmat alat musik angklung se-indonesia patut mempertanyakan siapa gerangan orang Indonesia yang tidak mengenalnya. Ada pepatah yang mengatakan: “Tak kenal maka tak sayang”.
Angklung adalah salah satu alat musik tradisional asal Jawa Barat yang sudah diperkenalkan sampai ke mancanegara. Bukan hanya wisatawan lokal yang kecintaannya disalurkan mereka dengan beramai-ramai menikmati kekhasan suara yang dihasilkan dari getaran angklung, melainkan ada begitu banyak wisatawan mancanegara yang menyalurkan kecintaannya pada alat musik bambu nan merdu getarannya ini dengan berkunjung ke Pendopo Saung Angklung Udjo yang dikelola oleh Yayasan Saung Angklung Udjo, Yayasan ini didirikan oleh bapak Udjo Ngalagena (Alm).
“ Angklung Pride. Udjo Ngalagena was an angklung artist from west Java, indonesia. He is also the founding fathers of Saung angklung Udjo. This art centre is not only used to dedicate his passion in teaching but also to express his entrepreuneurship by selling both the performances and bamboo music instrument. His passion for entertainment enabled him, to engaged with the arts, Children, and environment to create an excellent performance for his guests.” – Saung Angklung Udjo Foundation –
Kebanggaan Angklung. Udjo Ngalagena (Alm) adalah seorang seniman angklung dari Jawa barat, Indonesia. Beliau juga pendiri Saung angklung Udjo. Pusat seni ini tidak hanya digunakan untuk mendedikasikan semangat dalam mengajar, tetapi juga untuk mengekspresikan Kewirausahaannya dengan menjual keduanya, pertunjukan dan alat musik bambu. Semangatnya untuk hiburan memungkinkan dia, untuk terlibat dengan seni, anak-anak, dan lingkungan untuk menciptakan kinerja yang sangat baik untuk para tamu.
Bermula dari sebuah saung kecil di Jl. Padasuka 118 tahun 1966 Sanggar Angklung yang dipimpin oleh Bapak. Udjo Ngalagena (Alm), pada tahun 1973 meningkat fungsi dan eksistensinya sebagai sebuah Yayasan berbadan hukum, yaitu Yayasan Saung Angklung Udjo………………
Foto 3: Angklung 30 Nada ini kurang lebih seharga Rp. 2.500.000,- bisa untuk solo angklung dan angklung masal.
Untuk dapat mengajarkan angklung masal di sekolah, seorang guru kesenian harus dapat pentas solo memainkan alat musik angklung 30 nada. Bapak Sam Udjo mengatakan bahwa:
“Permainan angklung masal mengandung filosofi mewujudkan kebersamaan dan gotong royong, sikap saling menghargai dan disiplin. Karena ada satu tujuan, mereka ingin memainkan satu lagu, menuju satu harmoni yang dikehendaki oleh sebuah tim”. – Bpk. Sam Udjo
Foto 4: Bapak. Sam Udjo setelah solo Angklung.
Foto 5: Kepala Program Yayasan Saung Angklung Udjo.
Foto 11-12: Bapak. Sam Udjo berfoto sehabis memainkan solo Angklung di Pendopo Yayasan Saung Angklung Udjo.
Dari kunjungan savemillions ke Yayasan Saung Angklung Udjo, melalui bimbingan dari Bapak. Sam Udjo, diketahui bahwa ada dua Jenis pembagian angklung, yaitu Angklung Buhun (Angklung Tradisional) untuk memainkan nada Pentatonis atau tradisional dan Angklung Diatonis (Angklung Modern) untuk memainkan nada-nada modern ala musik Eropa. Dari Angklung Pentatonis dan Diatonis ini angklung kemudian dibagi lagi:
Angklung Buhun (Angklung tradisional) Nada Pentatonis:
Angklung Buhun. Artinya angklung tua, kuno (baheula) yang dalam arti sebenarnya adalah kesenian pusaka. Dinamakan buhun karena kesenian ini sudah lama sekali, kira-kira sekitar 18 Abad yang lalu memiliki nilai sakral dan kekuatan gaib. Oleh karena itu kesenian angklung buhun usianya sudah ratusan tahun, sudah hampir mencapai tujuh generasi. Makna yang terkandung di dalamnya merupakan ajakan, pemberitahuan, peringatan, aba-aba, penerangan dan larangan untuk para petani. Tingkatkan persatuan, kebersamaan, ketahanan dalam setiap langkah dan gerak untuk menuju kesejahteraan.
Pertama: Angklung Dog Dog Lojor. Kesenian ini dinamakan Dog Dog Lojor nama salah satu alat musik di dalamnya di sini juga digunakan angklung karena berkaitan dengan ritual padi. Waktu yang digunakan untuk memainkan angklung ini berbeda dengan angklung Kanekes. Angklung ini dimainkan setahun sekali setelah panen. Nama acara ini Seren Taun yang diadakan di pusat kampung adat dengan durasi pertunjukan selama dua jam. Lokasi kesenian Dog Dog Lojor terdapat di masyarakat kasepuhan Panker Pengawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan Jakarta, Bogor dan Lebak).
Kedua: Angklung Kanekes dan Baduy. Tidak diketahui dari mana asal usul Angklung Baduy dan sejak kapan jenis angklung ini mulai muncul. Penyebarannya pun tidak terlalu luas. Hal ini diperkirakan karena bentuk pertunjukkannya yang monoton dan membosankan bagi yang melihatnya. Pada masyarakat Baduy Jero, Angklung Baduy dipergunakan sebagai kesenian yang mendukung upacara adat tradisional menghormati Sang Hyang Asri atau Dewi Sri sebagai dewi pertanian dan kesuburan. Upacara tersebut dikenal dengan nama ngaseuk pare, yaitu pada saat mengangkut padi hasil panen ke lumbung. Jumlah pemain tujuh angklung, tiga bedug dan lima penari.
Ketiga: Angklung Badeng. Angklung Badeng merupakan kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musik utamanya. Badeng terdapat di desa Sading kecamaan Malangbong Garut. Kesenian Angklung Badeng dahulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Islam, namun ada yang menduga badeng telah digunakan masyarakat sejak sebelum Islam datang dan digunakan untuk acara yang berhubungan dengan ritual padi.
Keempat: Angklung Gubrag. Angklung Gubrag adalah angklung yang digunakan untuk menghormati Dewi Padi, mengangkut padi dan menempatkannya di lumbung. Dalam mitosnya angklung Gubrag mulai ada ketika masa panceklik datang di kampung Cipingin.
Kelima: Angklung Buncis. Angklung Buncis dibuat pertama kali oleh pak Bonce pada tahun 1795 di kampung Cipurut desa Baros, Anjarsari Bandung. Pak Bonce membuta tujuh set Angklung Buncis yang dimainkan sebagai kesenian untuk mengiringi upacara-upacara rakyat atau upacara-upacra yang melibatkan orang banyak.
Angklung Diatonis (Angklung Modern)
Pertama: Grand Angklung. Pertama kali dibuat pada tahun 1997 dan kemudian dikembangkan pada tahun 2007. Grand Angklung adalah angklung yang diciptakan oleh bapak Taufik Hidayat Udjo. Tujuan menciptakannya agar mempermudah pemainnya untuk memainkan nada-nada cepat secara tradisional, dan jangkauan nadanya pun sangat luas. Ada tiga bentuk transformasi Grand Angklung, a.l: Posisi berdiri, posisi duduk, dan posisi duduk dua. Dengan demikian ada tiga cara memainkan Grand Angklung, a.l: Dipukul, ditoel, dan digetarkan. Bapak Taufik Hidayat Udjo selaku yang menciptakan Grand Angklung saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Saung angklung Udjo “Keep the Old One, Create the New One”. Konsep ini dilakukan sebagai memelihara angklung yang adalah warisan budaya dari masa lampau, tetapi juga kita terus menciptakan inovasi baru dari angklung. Sehingga tidak hanya hasil karya dari angklung yang kreatif, tetapi juga bentuk instrumen dan cara memainkannya juga mengikuti perkembangan zaman.
Kedua: Angklung Gantungan (Orchestra Angklung). Angklung jenis ini diciptakan oleh Daeng Oktaviandi Udjo. Angklung gantungan ini memiliki konsep yang biasa digunakan untuk angklung orchestra yang dimana aransemennya disesuaikan dengan aransemen sebuah orchestra, berbeda dengan aransemen-aransemen musik band atau musik individual lainnya. Keunikan dari orchestra angklung ini memiliki suara 3D suround berbeda dengan alat musik lainnya yang hanya memiliki satu sumber suara namun untuk satu set angklung ini memiliki nada yang tidak selalu tersusun atau nada acak sehingga membuat suasananya menjadi 3D suround yang sumber suaranya tidak hanya pada satu titik. Angklung orchestra ini dibuat di tahun 1990-an. Satu set angklung biasa dimainkan oleh satu orang dengan sepuluh angklung dengan nada yang berbeda. Angklung ini digantung di sebuah tiang berbentuk L setinggi 1,5 meter.
Ketiga: Angklung Set Melody. Angklung melody berfungsi untuk memainkan nada pada lagu. Ada dua jenis angklung melody, a.l: dua tabung dan tiga tabung. Perbedaan dari tabung adalah untuk mempernyaring suara yang dihasilkan. Angklung melody terdiri dari 2,5 oktaf wilayah nada. Untuk memudahkan para pemain, angklung melody ini diberi nomor urut, dengan demikian yang diingat cukup kiranya hanya nomor angklungnya saja.Namun, tentu saja lebih baik lagi jika nada mutlaknya pun diketahui.
Keempat: Angklung Toel. Intelektualitas dan kreatifitas Kang Yayan Udjo bermusik Angklung berdampak pada kontribusi yang diberikannya pada alat musik bambu ini. Ada tiga jenis Angklung Toel, a.l: Angklung Toel Orchestra, Angklung Toel 2 dan Angklung Toel elektrik. Inovasi terhadap angklung toel dilakukan untuk mengatasi nada-nada dengan tempo yang lebih cepat dan membantu anak-anak untuk bisa mengeksplorasi lagu-lagu dengan jangkauan nada yang lebih jauh. Jikalau pada angklung yang sebelumnya dimana setiap orang hanya bisa memainkan satu sampai tiga nada, sedangkan dengan angklung toel setiap pemain dapat memainkan hingga 31 nada.
Foto 13-21: Alat musik Angklung dan alat-alat musik tradisional lainnya di ruang Pendopo Yayasan Saung
Angklung Udjo, tempat pertunjukan musik tradisional, kolaborasi dengan angklung.
Pada tahun 2013 Yayasan Saung Angklung Udjo bekerjasama dengan Yayasan Kehati CIMB Niaga mengerjakan proyek penanaman Bambu bersama di Cipatat, cilembu dan Cingambul. Proyek ini dibagi ke dalam dua tahap. Tahap 1 Januari-Februari 2013 dan tahap 2 Desember-Maret 2014. Ada Sepuluh jenis bambu yang di tanam saat itu. Untuk lebih jelas bisa disimak pada tabel berikut ini.
NO. | JENIS BAMBU | ALOKASI | JUMLAH TOTAL | ||
CIPATAT | CILEMBU | CINGAMBUL | |||
1 | Bambu Ater | 41 | 64 | 105 | |
2 | Bambu Betung | 241 | 220 | 461 | |
3 | Bambu Gombong | 31 | 77 | 108 | |
4 | Bambu Haur Hijau | 159 | 159 | ||
5 | Bambu Hitam | 2.111 | 1.121 | 1.351 | 4.583 |
6 | Bambu Kuning | 20 | 100 | 120 | |
7 | Bambu Lengka | 64 | 64 | ||
8 | Bambu Tali | 140 | 140 | ||
9 | Bambu Tamiang | 64 | 64 | ||
10 | Bambu Temen Hijau | 88 | 201 | 289 | |
Jumlah Total = | 2.291 | 2.091 | 1.711 | 6.093 |
Pada tahun 2013-2014 Yayasan Saung Angklung Udjo bekerjasama dengan BPDAS Cimanuk-Citanduy Jawa Barat mengerjakan proyek penanaman Bambu Hitam bersama di atas lahan seluas 60 HA dengan jumlah bibit 24.000 pohon bambu hitam. Untuk lebih jelas bisa disimak pada tabel berikut ini.
NO. | KELOMPOK | BLOK | DESA | KECAMATAN | KABUPATEN | LUAS | JUMLAH BIBIT |
1 | Maju | Cisitu/ Cimegong | Mekarsari | Mekarmukti | Garut | 10 Ha | 6.000 Pohon |
2 | Bukit Lestari | Pamungguan | Gunamekar | Bungbulang | Garut | 10 Ha | 6.000 Pohon |
3 | Karanganyar III | Jakarta | Cipondok | Sukaresik | Tasikmalaya | 10 Ha | 6.000 Pohon |
4 | Raksa Jaga | Panyingkiran | Panyingkiran | Ciamis | Ciamis | 10 Ha | 6.000 Pohon |
5 | Karya Mukti | Singkup | Singkup | Purbaratu | Tasikmalaya | 10 Ha | 6.000 Pohon |
6 | Pemuda Tani Mandiri | Cijurey | Kulur | Majalengka | Majalengka | 10 Ha | 6.000 Pohon |
Jumlah Total | 60 Ha | 24.000 Pohon |
Pada tahun 2013-2014 Yayasan Saung Angklung Udjo bekerjasama dengan Dompet Dhuafa mengerjakan proyek penanaman Bambu hitam.Proyek tersebut direalisasikan dalam dua tahap. Tahap 1 Januari 2014 s/d April 2014, sedangkan tahap 2 Januari 2015 s/d Maret 2015. Untuk lebih jelas bisa disimak pada tabel berikut ini.
NO. | KELOMPOK | BLOK | DESA | KECAMATAN | KABUPATEN | LUAS | JUMLAH BIBIT |
1 | Citatah | Citatah | Gn. Masigit | Cipatat | Bandung Barat | 7,5 Ha | 3.250 Pohon |
Jumlah Total | 7,5 Ha | 3.250 Pohon |
Yayasan Saung Angklung Udjo juga melakukan kerjasama dalam program pengembangan kebudayaan dengan Kementrian Parekraf Ditjen Pariwisata pada tangga; 24 Agustus 2013. Pagelaran Galindeng Dapuran Awi (Gapura) ini diselenggarakan di Taman Budaya Dago Bandung, dihadiri oleh para pejabat, para pelaku dan pengiat seni dan masyarakat umum.
Bekerjasama dengan Disparbud. Provinsi Jawa Barat, Yayasan Saung angklung udjo sebagai tuan rumah menyelenggarakan Festival Angklung Jawa Barat 2013. Event tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Peringatan Hari Angklung 16 Nopember 2013. Para peserta festival, a.l: siswa-siswi SMP dari empat sekolah dan siswa-siswi SMA dari empat sekolah, dihadiri oleh para pejabat, para pelaku dan pengiat seni, undangan sekolah dan masyarakat umum.
Bekerjasama dengan Kemendikbud. Ditjen Kebudayaan, Yayasan Saung Angklung Udjo dimulai pada tanggal 28 Nopember 2013 s/d 30 Nopember 2014 merealisasikan program Rumah Budaya Nusantara 2013. Kegiatan yang dilakukan a.l: (1). Inventarisasi dan identifikasi 30 potensi Seni Budaya Jawa Barat. (2). Pembinaan a0 kelompok seni budaya. (3). Seminar pemberdayaan seni budaya. (4). pergelaran. (5). Renovasi ruang yayasan. Event ini dihadiri oleh para pejabat, para pelaku dan pengiat seni undangan sekolah dan masyarakat umum.
Yayasan Saung Angklung Udjo pada tahun 2014 menyelenggarakan Festival Angklung Jawa Barat 2014 bertempat di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, pada tanggal 16 Nopember 2014. Setelah menyeleksi 20 tim angklung sekolah yang terdiri dari 11 tingkat SMP dan 9 tingkat SMA/SMK dari 2 kota dan 11 kabupaten, selama 14 hari kerja akhirnya terjaring 12 finalis, a.l: SMPN 1 Kab. Karawang, SMPN 1 Kab. Subang, SMPN 2 Cileunyi Kab. Bandung, SMPN 2 Ngamprah Kab. Bandung Barat, SMKN 1 Kedawung, Kab. Cirebon, SMAN 1 Kab. Indramayu, SMAN 1 Tasikmalaya, SMAN 1 Singaparna Kab. Tasikmalaya, SMKN 2 Kab. Purwakarta, SMAN 1 Pasawahan Kab. purwakarta, SMAN 1 Lembang Kab. Bandung Barat dan SMA Muhammadiyah Kab. Cianjur. Event ini dihadiri oleh para pejabat, para pelaku dan pengiat seni, undangan sekolah dan masyarakat umum.
Foto 22-23: Bapak. Sam Udjo, berfoto di Souvenir Shop Saung Angklung Udjo.
Foto 37: Harga satu set Angklung Toel ini Rp. 5.000.000,-
Foto 24-42: Souvenir Shop Saung Angklung Udjo.
Foto 43: Selepas gerbang Yayasan Saung Angklung Udjo menuju area parkir.Foto 44: Beberapa warung tenda di bulan Ramadhan, mempersiapkan jajanan buka puasa.
Siapa saja bisa memainkan alat musik angklung, tidak perlu mengumpulkan delapan belas hingga tiga puluhan orang dan membentuk sebuah tim sehingga bisa menghibur diri, bahkan membuat terpukau banyak orang dengan getaran nan harmoni dari alat musik bambu ini. Saung Angklung Udjo juga memiliki program untuk Anda jikalau serius ingin mempelajari Solo Angklung. Anda bisa datang dan menghubungi langsung ke kantor Yayasan Saung Angklung Udjo, Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat.
Setiap hari tepat pukul 15.30 ada pertunjukan musik tradisional kolaborasi dengan angklung di Pendopo Saung Angklung Udjo. Harga Tiket masuknya sangat terjangkau. Untuk wisatawan lokal yang ingin menyaksikan secara langsung kepiawaian para pemusik Saung Angklung Udjo cukup dengan Rp. 75.000,- sedangkan bagi wisatawan mancanegara hanya dengan menyisihkan Rp. 100.000,- Setelah menikmati pertunjukan, ada Souvenir Shop Saung Angklung Udjo. Demikian hasil survey kunjungan Savemillions. – (Savemillions)