Kunjungan Survey Savemillions Senin 23 Mei 2016 Ke Rumah Autis Hasanah Bandung, Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah
Kunjungan Survey Savemillions Senin 23 Mei 2016
Ke Rumah Autis Hasanah Bandung, Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah
Foto 1: Papan nama Rumah Autis Hasanah, Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah.
Savemillions pada hari Senin 23 Mei 2016, sekitar pukul 10.30 pagi melakukan kunjungan ke Rumah Autis. Rumah Autis adalah sebuah sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang bernaung di bawah payung Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah (CAGAR). Semenjak berdirinya Rumah Autis berfokus untuk memberikan pelayanan terapi dengan biaya terjangkau. Lebih daripada itu ada pelayanan gratis bagi yang tidak mampu.
Foto 2: Gedung Sekolah Rumah Autis Hasanah.
Pelayanan Rumah Autis dimulai dari dua orang anak penyandang autis. Pada saat ini sudah ada sembilan cabang yang tersebar di Bekasi, Tanggerang Gunung Putri, Tanjung Priok, Depok, Bogor, Karawang, Limus dan Bandung. Sebagai cabang yang ke sembilan, Rumah Autis Bandung berdiri pada tanggal 1 Maret 2014. Lokasi tepatnya adalah di Jl. Cibeunying Kolot V No. 18 RT. 01 RW. 20 Sadang Serang, Bandung.
Kiprah Rumah Autis dimulai sejak tahun 2004, bilamana para pendirinya terenyuh oleh kesulitan para orangtua yang memiliki anak penyandang autis dalam kesulitannya membayar biaya terapi yang tergolong mahal. Semenjak dibukanya Rumah Autis di Bandung, hingga sekarang sudah melakukan pelayanan sekolah dan terapi aktif pada 46 anak. Secaya spesifik yaitu: Program terapi 30 orang anak, Program sekolah kemandirian fungsional (Setingkat SD) 11 orang anak, dan Program Sekolah Perkembangan Dasar (Setingkat TK) kepada 5 orang anak.
Foto 3: Dari kiri ke kanan. Bpk. Adji Kurniadi, ibu. Fifi (Bendahara) dan Ibu. Djulaiha Sukmana (Kepala Cabang).
Kunjungan Savemillions diterima langsung oleh ibu. Djulaiha Sukmana selaku Kepala Cabang Rumah Autis Bandung dan selama berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lainnya untuk melihat langsung semua ABK dan kegiatan mereka, Bpk. Adji Kurniadi-lah yang menemani dan memberikan banyak penjelasan.
Menurut penjelasan dari ibu. Djulaiha Sukmana, atau yang lebih akrab dengan sapaan Ibu. Juju bahwa 80 % anak autis di Rumah Autis Hasanah bersekolah tidak berbayar, mereka mendapatkan beasiswa. Sedangkan 20 % anak autis lainnya ada yang membayar uang sekolah tidak secara rutin (berbayar tapi apabila ada) dan lainnya lagi berbayar secara rutin, tapi setengah dari biaya sekolah.
Foto 4: Bpk. Adji Kurniadi, kepala Program Rumah Autis Hasanah Bandung.
Tujuan dari Rumah Autis: 1). Memberikan kemudahan bagi keluarga tidak mampu yang memiliki anak spesial mendapatkan layanan terapi dan sekolah khusus. 2). Memberikan tambahan tenaga pengajar agar dapat menerima lebih banyak lagi anak spesial. Kebutuhan dari Rumah Autis, yaitu: Rumah Autis mengajukan Program Donasi Beasiswa agar dapat memenuhi kebutuhan untuk pembiayaan Program Sekolah dan terapi bagi siswa. Secara spesifik kebutuhan itu a.l: 1). Biaya terapi Rp. 300.000,- (Minimal 1 kali pertemuan dalam seminggu). 2). Biaya Sekolah Kemandirian Fungsional Rp. 500.000,- (4 Hari pertemuan dalam seminggu). 3). Biaya Seklah Perkembangan Dasar Rp. 300.000,- (4 Hari pertemuan dalam seminggu).
SKF: Sekolah Kemandirian Fungsional
1). Sekolah Harapan Orangtua ABK. 2). Sekolah yang mengerti kebutuhan ABK. 3). Sekolah yang mengedepankan kemandirian ABK. 4). Sekolah yang ramah ABK. 5). Sekolah yang memperhatikan masa depan ABK. 6). Sekolah yang menyenangkan. 7). Sekolah yang mengajar dengan hati dan ilmu. 8). Sekolah yang terjangkau bagi siapa saja (beasiswa bagi yang tidak mampu).
Menurut penjelasan ibu. Juju bahwa “di Sekolah kemandirian fungsional ini anak-anak autis tidak diberikan pelajaran secara akademis seperti sekolah-sekolah pada umumnya, justru yang paling utama adalah kemandirian fungsional mereka, karena ada yang masih ngompol, ngegigit, dan lain-lain”.
Foto 5: Suasana salah satu kelas di Rumah Autis Hasanah yang ramai dengan anak-anak dari berbagai usia.
Program utamanya: 1). Kemandirian (Termasuk muatan ibadah). 2). Latihan fungsional. 3). Bakat. 4). Akademis.
Acuan Kurikulum Pembelajaran: 1). Tahapan perkembangan anak. 2). Perbedaan individu anak. 3). Kebutuhan dan potensi anak. 4). Pola keluarga dan masyarakat.
Sistem dan metode pembelajaran: 1). Praktek pembiasaan, stimulasi, dan praktek lapangan. 2). Visual auditori input (Film, gambar, dan teknologi lain), diskusi interaktif. 3). Pemaparan, dongeng atau cerita. 4) Manajemen perilaku, mediated learning experience. 5). Sensori integration for school, psikomotor, frostig (Visual Perception teknik). 6). FEDC (Fungsional Emotional Developmental Capacities) Fungsional Independent Capacities. 7). Classical Semi Individual, Learing and Social. 8). Home School Program/ Parrent Support Group. 9). Penyesuain pada kebutuhan anak.
Foto 6-8: Matras ditempelkan ke dinding ruangan untuk mengantisipasi terjadi benturan pada bagian kepala anak.
Foto 9: Ruang audio visual ini ditempatkan beberapa alat musik, a.l: Angklung, keyboard, gendang.
Foto 14: Ruang audio visual ini ditempatkan beberapa alat musik, a.l: Angklung, keyboard, gendang.
Foto 15: Ruang audio visual. Seorang anak sedang bermain keyboard.
Foto 16-19: Gedung Sekolah Rumah Autis Hasanah.
Syarat umum penerimaan: 1). Usia 6-12 tahun, sudah tidak ada agresifitas atau jarang muncul. 2). Regulasi menengah diprioritaskan pada yang sudah lebih tenang. 3). Untuk usia lebih dari 12 tahun ada ketentuan lain.
Jenjang dan sistem kelas: Level 1-6 (Ditempuh selama 6 tahun).
Terapi. Basic/ Behaviour/ Learning Program Development, Wicara, Fisioterapi:
1). Tempat terapi harapan orangtua ABK. 2). Tempat terapi yang mengerti kebutuhan ABK. 3). Tempat terapi yang ramah ABK. 4). Tempat terapi yang menyenangkan. 5). Tempat terapi dengan hati dan ilmu. 6). Tempat terapi yang terjangkau bagi siapa saja (Beasiswa bagi yang tidak mampu).
Basic Program Development: Mengacu pada kebutuhan dasar anak. Merupakan program awal sebelum program lainnya.
Behaviour Program Development: Merupakan pengembangan kognisi tahap awal dan kemandirian serta lenih dikhususkan untuk anak-anak dengan kondisi relatif berat.
Learning Program Development: Pengembangan fungsi kognisi lebih lanjut sebagai awal kesiapan pada fungsi akademik.
Terapi Wicara: Berfokus pada bahasa reseptif (Kemampuan untuk memahami kata-kata yang dibicarakan) dan bahasa ekspresif (kemampuan untuk menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri. Hal ini berhubungan dengan mekanisme memproduksi kata-kata, a.l: Artikulasi, pitch, kelancaran, dan volume.
Fisioterapi: Proses rehabilitasi dan habilitasi seseorang agar terhindar dari cacat fisik, melalui serangkaian penilaian diagnosis, perlakuan dan aktivitas pencegahan. Funsinya yaitu: Menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/ fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/ metode terapi gerak.
Menurut penjelasan dari ibu. Juju: “Sekarang ini untuk yang diterapi totalnya ada lima puluh orang anak, Rumah autis pun pada saat ini masih bergumul dengan pendanaan karena untuk penggajian tenaga pengajar saja masih di bawah UMR. Proses belajar dipadatkan demi efisiensi listrik dan waktu. Diharapkan supaya semua bisa berhikmat dengan hanya mengganti transport”.
Untuk mengantisipasi hal tersebut ibu. Juju menjelaskan: “Rumah Autis sering memanfaatkan sumbagsih dari para donatur ilmu, donatur yang wakaf waktu, orang-orang yang sudah mapan, misalnya beberapa ahli psikologi, ahli paedagogi yang membantu, padahal apabila harus berbayar per anak saja nominalnya sudah sebesar Rp. 400.000,-untuk mendapatkan jasa mereka. Tapi apabila terdesak, maka mau tidak mau Rumah Autis harus mencari yang berbayar”.
Beliau menambahkan bahwa: “Ada juga donasi dari yang namanya Corporate Social Responsibility (CSA) yang mempunyai tanggung jawab moril terhadap masyarakat, setiap kantor memiliki CSA, misalnya dari Telkom mendapatkan dua unit computer, dan lain-lain. Donasi yang diterima dari CSA seringkali dalam bentuk barang”.
Sepeda: Sekolah Perkembangan Dasar:
Foto 20-22: Ruangan dimana anak-anak pra sekolah bermain. Sekolah Perkembangan Dasar.
1). Sekolah harapan orangtua ABK. 2). Sekolah yang mengerti kebutuhan ABK. 3). Sekolah yang mengedepankan kemandirian ABK. 4). Sekolah yang ramah ABK. 5). Seklah yang memperhatikan masa depan ABK. 6). Sekolah yang menyenagkan. 7). Sekolah yang mengajar dengan hati dan ilmu. 8). Sekolah yang terjangkau bagi siapa saja (beasiswa bagi yang tidak mampu).
Syarat umum penerimaannya, a.l: 1). Rentang usia anak di bawah umur 6 tahun. 2). Emosi relatif cukup stabil (tantrum tidak sering). 3). Tidak agresif.
Jenjang dan sistem kelas: Lama sekolah ditempuh selama maksimal 2 tahun. Setelah itu dilanjutkan ke sekolah inklusi (di luar Rumah Autis). Atau SKF (Sekolah kemandirian fungsional).
Foto 23-24: Lapangan kosong untuk tempat bermain anak-anak Sekolah Rumah Autis Hasanah.
Menurut ibu. Juju: “Saat sekarang ini Rumah Autis sedang membutuhkan dana untuk pengadaan beberapa buah sepeda dan permainan anak”. Seperti yang tampak di lapangan kosong pada foto 22-23, area ini sedang dipersiapkan untuk menjadi tempat bermain, lokasi tepatnya berada di belakang gedung Sekolah Rumah Autis Hasanah.
Bpk. Adji Kurniadi menambahkan bahwa: “Donatur yang sama bukan hanya telah membantu penyediaan tanah dan gedung sekolah, tapi juga mempersiapkan sebuah lahan kosong yang dipersilahkan pakai sebagai tempat bermain anak-anak autis.
Demikian hasil survey kunjungan Savemillions ke Rumah Autis Hasanah Bandung, Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah pada Senin 23 Mei 2016. (Savemillions)