Kunjungan Survey Savemillions Kamis 14 Dan Jumat 15 Juli 2016 Ke Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup
KUNJUNGAN SURVEY SAVEMILLIONS KAMIS 14 DAN JUMAT 15 JULI 2016 KE YAYASAN SAHABAT LINGKUNGAN HIDUP
Eco Learning Camp berdiri di atas lahan seluas 2416 M2, juga memanfaatkan tambahan lahan untuk pertanian seluas 3075 M2 di dekat Tahura Djuanda, tepatnya berlokasi di jalan Dago Pakar Barat, nomor 3 Bandung.
Tujuan pembangunannya yang mengikuti kritreia Green Building Council Indonesia adalah untuk mengadakan berbagai pertemuan dan pelatihan dalam bidang pendidikan dan lingkungan hidup.
Diawali dengan tempat bermain anak-anak di daerah Graha Puspa, Ledeng yang bernama Spirit Camp pada tahun 2002 dengan maksud menyediakan tempat bermain di luar ruangan untuk anak-anak. Sesudah itu berpindah ke Kota Baru Parahyangan pada tahun 2009 disebut Spirit Camp Edu City. Dari kota Baru Parahyangan tahun 2012 berpindah karena waktu kontrak tempat telah habis dan kepentingan pengembang properti, dalam saat yang bersamaan ada undangan dari TAHURA, dari TAHURA sekali lagi terusir dan harus berpindah tempat, kemudian tibalah di Dago Pakar dengan konsep Ps. Ferry Sutrisna Wijaya “Eco Learning Camp” pendidikan atau kesadaran lingkungan hidup sebagai transformasi dari Spirit Camp selama kurang lebih empat belas tahun.
Konsep Eco Learning Camp bermula dari ide kreatif dan edukatif Ps. Ferry Sutrisna Wijaya yang dituangkannya dalam Disertasi untuk meraih gelar Doktor bidang pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia. Beliau mengalami Spirit Camp selama sepuluh tahun, mempunyai sebuah konsep dalam Disertasi Doktor pendidikan berjudul: “Pengembangan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup (Eco Learning Camp ) Sebagai Model Pendidikan Nilai”, kemudian mengaplikasikan bersama para sahabatnya di Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup menjadi Eco Learning Camp “Rumah Belajar Lingkungan Hidup” dengan tiga pilar: alam, budaya, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan pengembangannya menjadi Tujuh Sadar dilakukan oleh Ibu. Shierly Megawati.
Menurut Ibu. Shierly Megawati tanah yang di atasnya dibangun gedung Eco Learning Camp adalah suatu keajaiban, tidak pernah dibeli dengan uang, tetapi dengan iman. Di situlah terjadi pertobatan luar biasa padanya. Tanah ini dibeli oleh seseorang yang kemudian dipinjamkan selama dua puluh tahun. Apabila di dalam perjalanan Yayasan memiliki kemampuan untuk membeli tanah tersebut maka dipersilahkan untuk membeli.
Gedung Eco Learning Camp dan seluruh area hingga berdiri semegah sekarang ini oleh karena bantuan dari banyak donatur. Mereka memberikan donasi mulai dari dua ribu rupiah sampai dengan dua milyar. Pembangunan menghabiskan waktu kurang dari satu tahun. Karena kita punya iman dan apa yang kita kerjakan itu baik, maka Tuhan itu berkarya terhadap pekerjaan kita, batin dan seluruh hidup kita. Ketika Tuhan sungguh berkarya dalam hidup seseorang maka tidak ada lagi ketidak bahagiaan. Menyaksikan kebaikan Tuhan padanya, Ibu Shierly mengatakan bahwa: ”Tuhan tidak pernah lagi mengizinkan saya untuk tidak bahagia”. Semua masalah bisa dihadapi dengan tersenyum. Ignatius Loyola mengatakan: “Tuhan ajarilah saya untuk tetap gembira ketika sedang memanggul salib”, sekarang Ibu Shierly juga bisa merasakan dan mengalami kegembiraan memikul salib.
Logo Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup:
Gunungan Jawa:
Dalam dunia pewayangan menggambarkan hutan rimba/ jagad raya. Bentuk yang menggunung menggambarkan kebersamaan yang menjadi satu pada puncaknya. Bentuk yang menyerupai segitiga menyimbolkan kepercayaan manusia kepada Tuhan.
Warna:
Hijau muda: Warna hijau melambangkan adanya suatu keinginan. Warna ini digunakan dalam logo untuk mewakili makhluk hidup di dunia ini.
Biru langit: Warna biru melambangkan ketenangan yang sempurna. Warna ini digunakan dalam logo untuk mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan dalam menciptakan alama semesta.
Coklat: Warna coklat tabah melambangkan sifat positif dan stabilitas. Warna ini digunakan dalam logo untuk menggambarkan alam semesta yang kita pijaki.
Tiga cabang pilar:
Tiga cabang yang terdapat di dalam logo mewakili tiga pilar utama, yaitu nature, culture dan science dalam Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
Pintu putih:
Pintu putih menggambarkan sebuah rumah alam yang menjadi tempat pembelajaran.
Organisasi Kepengurusan Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup:
Pendiri: (1). Mayjen (Purn) Tono Suratman. (2). Dr (HC) Popong Otje Djundjunan. (3). Dr (HC) Martha Tilaar. (4). Edwin Soeryadjaya. (5). Agus Dharma. (6). Djoko Kusumowidagdo. (7). Ir. Hody Kuntohadi. (8). MAS Teko Sukarmin. (9). Alexander AP. Iskandar. (10). Agustinus Sarwanto. (11). F. Teguh Satria. (12). Dr. Ferry Sutrisna Wijaya.
Pembina: Dr. Ferry Sutrisna Wijaya.
Pengawas: (1). Agustinus Sarwanto SJ, M.Hum., MBA. (2). MAS Teko Sukarmin. (3). Agus Dharma, MA., M.Div
Pengurus: (1). Ketua: Ir. Shierly Megawati Purnomo. (2). Sekretaris: V. Mukti Hartati, Sm.K. (3). Bendahara: Dra. Sonya Inna, M.Pd.
Dewan Pakar: (1). Prof. Dr. RW Triweko. (2). Prof. Chaedar Alwasilah, MA, Ph.D. (3). Teguh Purwanto, MBA.
Visi dan Misi Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup:
Visi: Manusia berkualitas, merawat bumi dan berguru pada bumi
Misi: (1). Bersama masyarakat dunia, mengupayakan manusia baru yang berpihak pada keutuhan ciptaan. (2). Membangun generasi muda yang memiliki kesadaran akan lingkungan hidup yang lebih baik. (3). Mengembangkan pendidikan nilai berbasis lingkungan hidup. (4). Meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui edukasi, konservasi penelitian, dan pemberdayaan masyarakat.
Tujuh Kesadaran Baru Hidup Ekologis: (1). Berkualitas. (2). Sederhana. (3). Harapan. (4). Hemat. (5). Bermakna. (6). Peduli. (7). Semangat berbagi.
Program Kegiatan:
1). Kesadaran Ekologi. Sebuah program edukatif transformasional yang membekali para peserta dalam berespon dengan situasi umat manusia saat ini melalui tindakan nyata dan optimisme masa depan yang didasari oleh pengetahuan dan pemahaman tentang persoalan-persoalan global. (Sarasehan, Lokakarya. Santiaji Ekologi).
2). ELC (Eco Learning Camp):
Program edukasi ini adalah pendidikan nilai non-Formal yang disampaikan melalui wacana lingkungan hidup dan alam yang diintegrasikan dengan pengetahuan melalui Sains dan budaya yang terkait sehingga memunculkan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup dan alam sehingga terwujudnya partisipasi aktif untuk menjaga lingkungan hidup dan alam tersebut. Dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan terstruktur dalam jenjang yang disesuaikan dengan perjenjangan pendidikan formal secara bebas. Jumlah kegiatan pelatihan masing-masing jenjang adalah enam pertemuan berdurasi dua sampai tiga jam.
3). Pendidikan nilai:
Program pendidikan nilai bertujuan untuk mengajak peserta menyadari dan menemukan nilai-nilai kehidupan, mengenali berbagai bentuk bahasa cinta dalam komunikasi antar manusia, menumbuhkan rasa saling menghargai antar manusia, mendorong tumbuhnya budaya damai, menyadari kecerdasan majemuk. (Character Camp, Latihan dasar kepemimpinan).
4). Paket Semangat Berbagi:
Paket kegiatan sederhana khusus untuk TK – SD kelas tiga atau jenjang pratama durasi dua jam.
No. | Program | Waktu |
1 | From garden to Plate | Setiap dua bulan |
2 | Simposiun ATD | Setiap dua bulan |
3 | Live in Eco Camp | Setiap dua bulan |
4 | Tujuh Sadar | Sesuai Permintaan |
Paket Modul:
No. | Lama Kegiatan | Biaya/ Orang | Fasilitas |
1 | Kegiatan 1/2 hari (dua Jam) | Rp. 30.000,- | Program semangat berbagi + Snack + satu Modul |
2 | Kegiatan 1/2 hari (empat Jam) | Rp. 65.000,- | Satu Modul, satu kali makan siang |
3 | Kegiatan satu hari (tujuh Jam) | Rp. 125.000,- | Dua modul, satu kali makan siang, satu kali snack |
4 | Menginap satu malam | Rp. 250.000,- | Dua modul, satu program pendukung, tiga kali makan siang,dua kali snack |
5 | Menginap satu malam tanpa modul | Rp. 175.000,- (Pelajar) Rp. 200.000,- (Umum) | Tiga kali makan siang, dua kali snack |
Nilai dasar dalam Edukasi Eco Learning Camp:
1). Integritas: Kesatuan antara pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan.
2). Semangat berbagi: Memberi dan berbagi (pengetahuan, pengalaman, waktu atau materi atau lainnya) dengan rela dan tanpa pamrih.
3). Alam: Kepekaan terhadap alam, sehingga muncul empati terhadap alam yang akan berujung pada cinta kepada alam.
4). Budaya: Bentuk interaksi dan kerjasama antar manusia untuk mencapai masyarakat yang lebih baik.
5). Tanggung jawab: Melaksanakan komitmen untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan diri sendiri, masyarakat dan alam.
6). Penghargaan: Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan hidup.
(7). Ilmu pengetahuan: Makhluk hidup dan proses kehidupan; tanah, air dan udara serta energi dan perubahannya.
Eco Learning Camp akan mengajarkan anak-anak alam pola hidup ekologis, suatu pola hidup yang seharusnya menjadi kebiasaan manusia. Mengaplikasikan pola hidup seperti ini akan ada begitu banyak penghematan, sehingga tidak banyak energi dengan percuma terbuang. Adapun Pola Hidup Ekologis, a.l:
(1). BBM (bawa botol minuman): Mengurangi cucian gelas, membiasakan minum air putih, membiasakan membawa tempat minum. (2). Minim plastikdan kemasan: Mengurangi sampah yang menghasilkan racun. (3). 100 % bebas asap rokok: Apabila ada yang merokok, kompensasi pembersihan udara sebesar Rp. 500.000,-. (4). Life skill: Belajar hal-hal sederhana pendukung kehidupan sehari-hari, mencuci piring, memasang seprei, merapikan kamar (baju, handuk, sepatu, dll), membersihkan kamar, memotong buah, membantu memasak. (5). Pola hidup sederhana: Tidak ada makanan sisa, makanan sederhana dan sehat, mengambil makanan dengan memperhatikan teman-teman yang lain, minum airputih sehat. (6). Pola hidup hemat: Energi listrik terbatas, gunakan dengan sangat bijaksana dan hemat. Bila listrik solar cell habis maka akan mengalami gelap, tidak bisa presentasi menggunakan LCD dan tidak ada air panas. Energi matahari untuk pemanas air mandi. Nerhemat dan berbagi. Air yang ada adalah air dari penampungan. Air hujan dan air sumur gunakan secukupnya. Persediaan terbatas. (7). Ada waktu hening sesaat: Di jam 12.00 dan 15.00 dimana semua aktivitas harus dihentikan dan kita belajar mendengarkan suara alam.
Ada dua tradisi yang wajib ditaati di lingkungan Eco Learning Camp Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup. Berikut ini penjelasan dari Ps. Ferry Sutrisna Wijaya:
Inspirasi Saat Hening di Eco Learning Camp mencontohi tradisi di satu biara di Prancis bernama Pulm Village yang mengajarkan mengenai tradisi mindfulness atau sadar penuh, setiap seperempat jam berhenti apapun, berhenti berbicara, berhenti berjalan, berhenti makan, termasuk berhenti menarik nafas. Tujuannya supaya manusia dapat lebih mendengar suara batin dan sadar, supaya menurunkan emosi, pikiran dan kesadaran. Sebelumnya di ELC setiap pukul 12.00 dan 15.00 ada saat hening yang wajib dilakukan oleh siapapun di area ELC, menyadari betapa pentingnya saat hening maka semakin sering dilakukan. Setiap ada bunyi bel, semuanya wajib bersaat hening selama jam berdentang. Ini pun sudah menjadi tradisi yang disepakati di ELC.
Alasan ekologi telah mendorong ELC tidak mengkonsumsi daging, bukan karena alasan agama dan kesehatan. Vegetarian merupakan pilihan yang bijakasana. Ekologi karena pengajaran mengenai Lingkungan Hidup sebagai Core Curriculum ELC. Selama ini industri daging telah cukup membuat bumi ini semakin panas, karena hutan di Amazone misalnya ditebang 80% untuk peternakan. Sapi import dari Australia ke Indonesia diangkut memakai kapal menghabiskan bensin. Kalau sudah disembelih, disimpan di frezer menghabiskan listrik. Selama sapi hidup banyak menghabiskan biji-bijian, gandum, jagung, kacang dan sebagainya . Sekitar 60% makanan di dunia ini dimakan oleh ternak. Padi 38%, Kedelai diatas 72%, jagung di Indonesia yang dimakan manusia hanya 4%, sisanya dimakan oleh ternak. Kalau kita punya banyak ternak, orang miskin kehabisan makanan karena diberikan ke ternak. Selain menghabiskan banyak makanan, ternak juga menghabiskan banyak air.
Foto 5. Dari kiri ke kanan. Bpk. Djoko Kusumowidagdo, MBA (Pendiri Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup), Ibu. Elly Tjahja, S.Pd (Helping Hands Foundation), Ps. Dr. Ferry Sutrisna Wijaya (Pembina dan pendiri Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup) dan Ir. Shierly Megawati (Ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup).
Ir. Shierly Megawati. Ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup ini sangat ramah dan informatif bila diberikan pertanyaan soal lingkungan hidup. Satu pertanyaan saja bisa dijawab panjang lebar dan sejelas-jelasnya. Ibu Shierly Megawati memulai pelayanannya pada tahun 2002, merupakan pendiri paling awal atau utama dari Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup. Ini menurut penjelasan Ps. Ferry Wijaya. Bersama dengan sang suami Bpk. Alexander Iskandar yang bertanggung jawab untuk program dan kurikulum Ibu. Shierly dengan setia mendedikasikan ilmunya di Eco Learning Camp. Namun dengan rendah hati diakuinya telah dipelajari secara otodidak. Seperti padi, semakin berisi semakin merunduk, demikianlah beliau ini.
Menurut penjelasannya, cikal bakal berdirinya Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup itu cukup panjang. Selama empat belas tahun itu ditemukan berbagai macam puzle. Pertama-tama merasakan anak-anak itu kehilangan tempat bermain, dan ketika itu mereka juga kehilangan teman bermain. Ketika kedua-duanya itu hilang maka pembentukan karakter sejak usia dini itu tidak lagi terjadi. Tujuh tahun silam Ps. Ferry Sutrisna Wijaya diberikan kesempatan untuk menjadi presenter soal lingkungan hidup, ketika beliau pulang ke tanah air oleh-oleh yang dibawa adalah Ternyata dunia kita itu sedang terancam luar biasa dan menemukan bahwa ternyata anak-anak bermain di alam bebas itu bukan hanya sekedar mereka membutuhkan semesta alam itu untuk bermain. Tapi itulah connecting yang sesungguhnya dengan seluruh makhluk hidup. Pada masa kini ketika anak-anak tidak lagi bersentuhan dengan semesta alam itu terputus, makanya keserakahan itu timbul karenannya. Tidak ada belas kasih dan cinta kasih terhadap makhluk hidup lain juga timbul karena itu.
Ibu Shierly mengatakan: Manusia semakin merasa kebutuhannya makin meningkat, sehingga ternak itu tidak lagi hidup bebas diternakkan. Bahkan, kadang-kadang dengan cara yang tidak manusiawi, yang penting buat mereka cuma satu, ternaknya banyak, secepat mungkin. Apa sih masa kini yang tidak dipercepat? Segala macam dipercepat, bahkan usia padi pun dipercepat , usia ayam pun dipercepat, kalau dulu kita harus menunggu enam bulan untuk padi, sekarang tiga bulan cukup kita panen dengan alasan swasembada pangan. Padahal kita itu sedang mensolemi seluruh semesta alam. Kita sudah tidak bisa lagi percaya, menunggu dan bersabar dengan seluruh proses semesta alam maka mulailah semesta alam itu menjadi rusak.
Anak-anak ini bukan hanya sekedar kehilangan tempat bermain tapi kehilangan connecting dengan seluruh semesta alam. Jangan heran ketika seorang anak yang ditanya dari mana asalnya ayam, mereka akan menjawab dari supermarket. Pegang cacing tidak berani, pegang semut saja tidak berani, teriak-teriak. Kami punya kesadaran baru, ada sesuatu yang hilang bukan hanya sekedar tempat bermain tapi connecting yang lebih luas lagi. Yayasan Sahabat Lingkungan hidup terus belajar secara otodidak. Secara formal lingkungan hidup itu belum ada sekolahnya, di luar negeri sudah mulai ada, tapi selalu lingkungan hidup yang dilihat dari sisi Sains. Misalnya mengenai cara pengolahan limbah, bagaimana menebang hutan dengan bersertifikat. Tetapi tidak ada yang sungguh-sungguh belajar mengenai why-nya, banyak orang berbicara mengenai how, bagaimana menyelamatkan, tapi belum ada yang berbicara mengenai why, mengapa kita harus menyelamatkan.
Tiga tahun silam Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup bertemu dengan seorang suster, seorang biarawati, beliau inilah yang membawa pertobatan ekologi ini. Beliau yang memperkenalkan why-nya, mengapa sih kita harus hidup harmonis dengan seluruh semesta alam. Bergulirlah penemuan akan berbagai macam hal, ternyata kita ini sudah kehilangan jati diri. Kalau orang ditanya apa tujuan hidup di dunia ini? Selalu jawabnya mau sukses. Sukses itu apa? Membahagiakan orangtua, punya rumah, punya pekerjaan baik. Jawabannya akan selalu seperti itu. Ketika diberikan pertanyaan lebih mendalam untuk apa memiliki itu semua? Supaya hidupnya lebih senang. Untuk apa hidup senang? Supaya hidup bahagia.
Dengan demikian seolah-olah untuk mencapai kebahagiaan menjadi suatu hal yang prosesnya sangat panjang, perjuangan untuk itu luar biasa. Kalau bahagia diukur dengan materi akan sangat banyak orang yang hidupnya tidak bahagia, kalau bahagia itu diukur dengan keberhasilan pekerjaan ada banyak sekali orang yang hanya menjadi tukang sapu dan lain-lain. Apakah benar bahwa Tuhan itu hanya mau menciptakan kebahagiaan untuk orang-orang yang sangat limited. Hal ini yang membuat Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup kembali merenungkan kemungkinan adanya sesuatu kesalahan dengan dunia yang sedang dijalani kala itu atau saat ini.
Setelah pertemuan dengan suster Elli dari Belanda dan suster Ami dari Amerika, dan berkesempatan pergi ke Plum Village Prancis untuk belajar Buddhism, yang terakhir Ps. Ferry Wijaya berkesempatan belajar ke MIT – Massachusetts Institute of Technology, dan dari situlah ada kesadaran bahwa ada pola-pola yang salah di dalam hidup ini.
Berbagai macam puzle itu, hidup itu seharusnya lebih sederhana, menjadi bahagia itu seharusnya lebih sederhana, sumber daya manusia sekarang ini semakin hari semakin kritis, semakin hari semakin langka, maka apa yang harus kita lakukan adalah penghematan. Kalau kita melihat adanya situasi miskin dan kaya maka terpikir harus ada keadilan, dari manakah akan ada keadilan? Kalau orang itu mempunyai semangat untuk berbagi. Inilah puzle yang ditemukan yang kemudian melahirkan konsep yang disebut dengan Tujuh Sadar.
Foto 6-20. Beberapa tanaman obat di antara 96 Macam tanaman obat dari Dr. Martha Tilaar, Salah satu pendiri Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
Apakah Konsep Tujuh Sadar itu? Berikut ini adalah penjelasan dari Ibu. Shierly Megawati:
Kualitas. Manusia sudah berkualitas sejak lahir. Manusia diciptakan Tuhan luar biasa berharga. Mengapa manusia semakin lama semakin tidak berkualitas? Seringkali anak kecil terlihat lebih generous, jujur. Seringkali kita menemukan perubahan itu terjadi tanpa disadari, misalnya saja ada seorang yang dahulunya sangat baik dalam pengamatan kita, namun tidak bertahan dengan karakter baiknya, sehingga di kemudian hari menjadi seorang koruptor. Itulah yang ditemukan, dan terpikir bahwa “Karena manusia dilahirkan sudah berkualitas sangat penting manusia itu memperjuangkan kualitas bawaannya supaya semakin hari harus semakin berkualitas. Seharusnya manusia itu hidupnya semakin hari semakin dalam, ketika kedalaman itu dicapai disitulah ada keheningan dimana kita dapat mendengar another voice, suara hati kita, suara alam, dan lewat suara hati dan suara alam itu kita sebetulnya sedang mendengar suara Tuhan”. Dari kesadaran inilah di Eco Learning Camp ada yang namanya saat hening. Tujuannya adalah untuk mendengarkan suara lain, suara batin kita dan suara seluruh semesta alam. Dan pada akhirnya akan membuat kita tidak lagi terus menerus berbicara kepada Tuhan, namun yang terutama adalah pasrah dan mendengarkan suara Tuhan.
Manusia berkualitas seperti apa sih yang bisa membuat hidupnya selalu harmonis dengan alam. Manusia berkualitas, berguru pada bumi dan merawat bumi (Visi Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup). Ketika menemukan visi ini muncul pertanyaan, Siapakah sebenarnya yang harus diselamatkan, dunia, semesta alam, tumbuh-tumbuhan, udara bersih, ataukah manusia? Memikirkan manusia yang ingin menyelamatkan alam semesta kita menjumpai satu sifat manusia yang buruk yaitu kesombongan, karena pada dasarnya tidak ada ketergantungan dari alam pada manusia. Bukankah manusia itu tergantung pada alam semesta? Tanpa manusia pepohonan akan tetap bertumbuh, dengan demikian manusia lebih membutuhkan keselamatan dirinya dan perlu diselamatkan terlebih dahulu. Tingkah laku manusia itulah yang membuat alam semesta itu morat-marit tercobak-cabik tidak karuan. Bukan semesta alam yang harus diselamatkan lebih dahulu, tapi manusia. Apabila seluruh pohon ditebang, seluruh rumput dibakar, seluruh semak-semak ditebas dan tidak tersisa satu pun maka yang akan mati duluan adalah manusia, sebab kebutuhan manusia akan oksigen tidak terpenuhi. Bukankah satu-satunya pencipta oksigen adalah semua tumbuh-tumbuhan itu?
Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup menemukan bahwa apabila seorang manusia ingin menyelamatkan seluruh alam semesta hanya karena kebutuhan oksigen maka yang akan terjadi adalah egosentris. Kalau manusia itu tidak bisa melihat berharganya makhluk hidup lainnya, mereka menyelamatkan hanya supaya dirinya sendiri selamat, itu artinya manusia adalah makhluk egosentris yang berpusat pada diri sendiri. Akan sangat baik melakukan pengembangan pola pikir terhadap tujuan menyelamatkan pohon-pohonan atau tumbuh-tumbuhan ini karena mereka juga sesama makhluk hidup, yang bahkan telah diciptakan Allah lebih duluan daripada manusia.
Secara scientific teori Big Bang atau Teori Ledakan yang pertama: Semua makhluk hidup itu kehidupannya muncul atau berawal dari mineral yang sama, logam yang sama, batu yang sama yang setelah ledakan, terkumpul kembali dan barulah kehidupan itu muncul. Manusia itu bersaudara dengan tumbuh-tumbuhan, karena berasal dari ledakan yang sama. Manusia saat ini mengkonsumsi air yang sama yang juga dikonsumsi oleh nenek moyangnya dahulu. Juga sama dengan air yang dikonsumsi oleh Dinosaurus dahulu. Semua air didaur ulang sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Ketika ada kesadaran persaudaraan manusia dengan alam semesta di mana manusia ketika mati akan kembali menjadi tanah. Seluruh mineral dari tubuh manusia diserap lagi oleh tumbuh-tumbuhan. Semesta alam ini bukan hanya diselamatkan untuk seluruh kebutuhan manusia karena mereka juga layak untuk hidup seperti manusia, maka salah satu tujuan Yayasan adalah membuat semua manusia jatuh cinta pada alam semesta.
Sederhana dalam pola hidup, tidak berlebih-lebihan. Sederhana dalam pola pikir, bahwa menjadi bahagia itu juga sangat sederhana. Setiap kali mendengar bunyi bel baik dari lonceng maupun dari handphone yang saya lakukan adalah bersaat hening. Misalnya: Pandang salah satu tanaman, menarik nafas sebanyak tiga kali dan bayangkan betapa luar biasanya tanaman tersebut. Beragam warnanya. Akan ada senyuman di pipi saya bersamaan dengan ungkapan syukur, betapa Tuhan sangat luar biasa menciptakan saya, saya bahagia.
Ibu. Shierly menceritakan mengenai salah satu bentuk ucapan syukurnya, demikian: “Beliau dahulu adalah seorang pengusaha. Tiga tahun silam, Romo. Ferry memerlukan seseorang yang benar-benar serius di Yayasan karena format lembaga ini sedang berada dalam masa transisi. Permintaan Romo adalah supaya beliau berhenti menjadi pengusaha selama dua tahun saja sehingga bisa fulltime sebagai ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup. Ini bertepatan dengan kegoncangan yang tengah terjadi di dalam diri Ibu. Shierly, dimana hidupnya perlu dibenahi. Sembari menata hati, tawaran dari Romo diterima. Sejak saat itu menjabat sebagaiKetua Yayasan, dan sekarang Ibu. Shierly jatuh cinta menjadi ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup. Ada ungkapan syukur pada Tuhan, meskipun secara penghasilan tiba-tiba nol, ditambah lagi teman-teman yang menyorakinya karena telah lepas bebas dari yang namanya uang. Tapi kekawatiran tidak pernah ada mengenai harta duniawi. Bahkan tidak pernah ada perasaan kekurangan, melainkan merasa berkelimpahan, sehingga memiliki kemampaun untuk menolong banyak orang”.
Segala sesuatu itu ternyata sederhana. Sederhana dimulai dari diri sendiri, sederhana dalam penampilan, sederhana dalam banyak hal, menyederhanakan pola hidup, pola hidup pergi ke supermarket dirubah dengan pola hidup pergi ke pasar tradisional setiap hari (Kartu Kredit aman). Ketika pola hidup kita telah sederhana “lampu dimatikan, tidak usah terlalu terang benderang, tidak memakai AC, sedikit menahan rasa panas, tidak banyak bepergian, tidak ke mall, berhemat” Maka yang terjadi adalah berkelimpahan.
Perduli: Perduli bukan hanya terhadap sesama tetapi juga kepada seluruh lingkungan hidup. Sehingga orang memiliki semangat berbagi, karena sudah merasa diri berkelimpahan. Merasa jatuh cinta pada Tuhan yang sesungguhnya, merasa dicintai Tuhan luar biasa dan sekaligus mencintai Tuhan luar biasa dan sebagai akibatnya karena sungguh jatuh cinta pada Tuhan maka selalu ingin menyenagkan hati Tuhan. Karena sama-sama Kristen, kita akan sama-sama membuka kitab suci kita untuk mengetahui apa yang membuat Tuhan bahagia? Apa yang diharapkan Tuhan dari manusia? Sesuai citra Tuhan, “Penuh Kasih”, ini yang membuat manusia memiliki semangat berbagi yang luar biasa. Semangat berbagi di Eco Learning Camp benar-benar luar biasa. Misalnya: Sebagian besar peserta Anak Alam 2 tidak berbayar. Juli 2016 Anak Alam sudah angkatan ketiga. Padahal Yayasan sahabat Lingkungan Hidup untuk satu tahun hanya menyediakan satu angkatan saja. Donatur telah menyediakan hanya satu angkatan saja. Tiba-tiba ada banyak calon peserta Anak Alam dan selaku ketua YSLH Ibu. Shierly tidak tega menolak mereka, karena sudah banyak yang ditulis dan diceritakan dimana mereka ingin mengalami Eco Learning Camp. Setelah berembuk dengan Romo. Ferry maka YSLH tetap menerima karena masih ada cadangan dana. Berikutnya masih ada lagi yang ingin mengalami Eco Learning Camp, sedangkan ada kendala pendanaan pada YSLH, sehingga mustahil menerima lagi. Romo Ferry mengingatkan supaya “tetap beriman, selalu akan ada jalan untuk setiap tujuan yang baik”. Penerimaan pun tetap dilakukan dengan cara terus mencari dana. Beberapa saat kemudian ada seorang teman yang mau menanggung biaya ELC sepuluh orang anak. Ketika diceritakan kepada bapak Uskup, beliau menyisihkan dari uang pribadinya agar tidak banyak prosedur untuk biaya ELC sepuluh orang anak. Ada seorang tukang kebun YSLH mendonasikan dana dari seluruh THRnya, juga seorang juru masak YSLH yang mendonasikan dana untuk biaya ELC satu orang anak. Biaya ELC untuk satu orang anak Rp. 750.000,- Inillah semangat berbagi yang sesungguhnya dan pada kenyataannya membawa banyak berkat berkelimpahan dari Tuhan.
“Uang itu ternyata tidak membawa kebahagiaan sedikitpun. Yang membawa kebahagiaan adalah niat dan perjuangan untuk melakukan hal baik di dalam dunia ini. Itu kebahagiaan. Itulah saat-saat bermakna.” – Ir. Shierly Megawati .
Kalau pola hidup ini berkualitas yang artinya mengolah kelemahan setiap hari, memperjuangkan kebaikan setiap hari dengan pola hidup yang sederhana, mau sungguh berhemat demi menyelamatkan dunia, mau mempunyai semangat berbagi, mempunyai kepedulian dan hidupnya itu penuh dengan makna. Kalau setiap orang mengalami itu apakah tidak membawa harapan. Inilah Tujuh Sadar.
Foto 29. Dua orang ibu yang sedang mengerjakan lontongan bibit sayur kucai.
Komentar beberapa tokoh terhadap Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup:
“Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup (Eco Camp) dengan program edukasi Eco Learning Camp (ELC) mencoba untuk berkontribusi pada dunia pendidikan manusia berkualitas melalui wahana lingkungan hidup. Program Edukasi Eco Learning Camp ini merupakan integrasi dan pemupukan rasa rasa kepekaan, empati dan cinta kepada alam dengan budaya dalam bentuk interaksi manusia dengan sesama manusia dan alam serta ilmu pengetahuan yang mendukungnya”. – Alexander A. Iskandar, Ph.D. Dosen ITB.
“Kehadiran Eco Camp adalah sebagai suatu bentuk pembelajaran dari alam yang memikirkan masa depan peri kehidupan melalui ekosistem. Ada sebuah fenomena mencemaskan bagi penduduk bumi dimana tidak ada dua planet bumi, sedangkan penduduk bumi sudah mencapai 7 milyar, padahal kapasitas satu bumi tidak cukup menampungnya karena hanya sanggup untuk 4,7 milyar manusia. Diprediksi bahwa pada tahun 2020 di bumi akan ada 9 milyar manusia. Solusinya apa? Eco Learning. Diharapkan supaya terus mensupport Eco Learning Camp Djuanda”. – Prof. Dr. Emil Salim, Bapak Lingkungan Hidup Indonesia.
“Mengutip pernyataan MAW Brouwer, terungkaplah keyakinan akan Mahakarya Allah Sang Pencipta yang telah menciptakan alam semesta dan bumi dengan sangat indah dan penuh cinta, lebih dari sekedar hanya bumi Parahyangan di Jawa Barat. Ini titik tolak program-program Eco Learning Camp mengajak siapapun mengalami alam semesta dan bumi dengan segala keindahannya, tapi tujuannya adalah supaya berujung pada kesadaran memiliki tanggung jawab menjaga serta merawatnya”. – Ferry S. W. Pembina Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
“Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup sebagai bagian integral dari gerak pembangunan di tanah air tercinta ini, bertanggung jawab penuh untuk ikut mewarnai masa depan bangsa dan negaranya. Action sekarang akan lebih baik daripada berdosa. Bentuknya apa? Mempersiapkan manusia kecil melalui Eco Learning Camp”. – Ceu Popong (Dr. (HC). Popong Otje Djunjunan). Anggota DPR komisi X.
“Peristiwa-peristiwa alam menghasilkan pengalaman-pengalaman alam, bukan ordinary experiences, bukan pengalaman biasa seperti berbincang-bincang atau mengunjungi situs pariwisata. Membenamkan diri belajar di Eco Learning Camp sebenarnya menyatu dengan alam setempat untuk berpengalaman edukasi dengannya. Resultnya apa? Ada kesadaran dan membentuk tindakan baru”. – Br. Y. Triyono, SJ. Kepala Sekolah Kolese Loyola.
Eco Learning Camp itu perpaduan kehidupan lapisan sosial masyarakat, ekonomi, budaya, teknologi dan agama dengan modal situs Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai benteng hijau dimana sudah eksis sarana prsarana pembelajaran ideal untuk proses edukasi dan patut mendapatkan apresiasi. – Dr. Erfansjah. CEO WWF-Indonesia.
“Kehadiran Eco Learning Camp adalah sebagai suatu sentrum bagi warga masyarakat untuk berpengetahuan dan bersadar diri terhadap kelestarian lingkungan agar terjamin kehidupan generasi penerus di masa depan”. – Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, MSc.Ed., Dr. (HC). Marta Tilaar.
“Eco Learning Camp itu pendidikan Lingkungan hidup untuk menghasilkan perilaku hijau sebagai jawaban atas kerisauan. Berhasil bilamana kemudian perilaku hijau serta kecintaan pada alam itu terwujud”. – Suzy Hutomo. Ketua Yayasan Kehati.
“Perilaku terhadap lingkungan itu dibentuk oleh pembelajaran dari pengalaman nyata. Merefleksikan pengalama terhadap alam semesta itulah pendidikan lingkungan hidup yang paling efektif”. Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D. Rektor dan Guru Besar Teknik Sumber Daya Air, Universitas Katolik Parahyangan.
“Eco Learning Camp merupakan percontohan dari upaya menyelamatkan Tahura sebagai reservoir air bagi kota Bandung dan sekitarnya. Di Eco Camp diupayakan terjadi siklus air dan siklus karbon sehingga menghasilkan “Zero Waste”. – Nuryani Y. Rustaman. Guru Besar Biologi Lingkungan, UPI.
“Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup adalah komunitas orang-orang yang kritis dan peduli pada lingkungan hidup yang mendukung keberlangsungan hidup generasi mendatang”. – Rudi Setiawan. Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan.
“Melalui Eco Learning Camp akan terjadi revolusi mental in action. Anak-anak muda menjadi intelek-intelek dari suatu proses edukasi terhadap lingkungan dan keutamaan hidup setelah mengenali lingkungan”. – Djoko Kusumowidagdo. Outward Bound Indonesia Founder & pendiri Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
“Bersama dengan Eco Learning Camp akan terwujud suatu konsep baru dunia ekologis. Apalagi Indonesia sangat membutuhkan generasi muda yang sepenuhnya mencintai sesama dan lingkungan”. – Huryo B. Guruminda. Peneliti PusLitBang Pemukiman PU.
“Di Eco Learning Camp peserta didik akan dapat belajar tentang bagaimana membangun dengan memperhatikan proporsi yang baik antara lahan yang terbangun dan lahan untuk ruang terbuka hijau/ biru; membangun dengan menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, sekaligus tidak membahayakan bagi penggunanya; membangun dengan pertimbangan hemat energi dan hemat air tanpa mengurangi kenyamanan, dan keindahan bangunan sebagai lingkungan binaan, membangun dengan menggunakan sumber energi terbarukan seperti yang diterapkan di Eco Camp; hingga belajar bagaimana caranya merawat bangunan dan lingkungannya melalui contoh pengelolaan sampah yang diterapkan di Eco Camp“. – Dr. Ir. Yasmin Suriansyah, MSP,IAI,GP. Dosen jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan.
“Apa yang ditawarkan oleh Eco Learning Camp sangat menarik, tepat sasaran dan menantang, dimana hati, otak dipadukan dengan cinta pada alam semesta”. – Wawan Husin. Dosen Politeknik Negeri Bandung.
“Eco Lerning Camp mempunyai kegiatan yang menyatu dengan alam. Dapat membangunkan the sense of awe and wonder sebagai pintu ke ranah being. Menjadi daya dorong bagi visitor guna menemukan jati diri manusia sejati di antara makhluk hidup di alam semesta”. – Sr. Amie Hendani, SGM. Green Mountain Monastery and Thomas Berry Sanctuary.
“Dari mana datangnya oksigen? Di mana pabrik oksigen yang mengisi seluruh udara? Di mana? Wooow…ternyata pabriknya di sekitar kita, pohon-pohon hijau di sekitar kita itulah pabrik oksigen terbesar di dunia. Pertanyaan lanjutan, apakah kita harus bayar? Apakah kita harus membeli oksigen, yang sangat berharga untuk kehidupan ini (bayangkan kembali hanya beberapa menit kita tahan hidup tanpa oksigen…)? Wooow… Ternyata semuanya gratis! Gratis! Gratis! Ini tidak masuk akal, ternyata masih ada yang gratis di dunia ini. Dan yang memberi gratis itu adalah sekali lagi pohon-pohon di sekitar kita….Selamat datang di Eco Camp…Dan selamat merasakan cinta Tuhan lewat pengalaman alam semesta!” – Shierly Megawati. Ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
Ketika kunjungan Savemillions di hari yang pertama Kamis 14 Juli 2016 bertepatan dengan dilaksanakannya upacara pembukaan Anak Alam 2. Upacara ini sama persis dengan upacara bendera di sekolah-sekolah umumnya pada setiap hari Senin pagi.
Foto 34. Semua peserta upacara Anak Alam 2 menyanyikan lagu Indonesia Raya dan memberikan hormat pada bendera merah putih.
Foto 35. Pembacaan Pancasila oleh Ibu. Teko Sukarmin.
Ibu Teko Sukarmin selaku pembina upacara juga menyampaikan amanat upacara pembukaan Anak Alam 2 Eco Learning Camp Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
Amanat Pembina upacara:
“Peserta Anak Alam, selamat sore. (Sore 3x). Selamat bertemu di Eco Camp Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup. Tempat pendidikan karaker yang akan menjadikan Anda semuanya menjadi anak yang berkualitas, anak yang merawat bumi dan juga belajar pada bumi.
Selama Anda empat hari tiga malam dan empat hari nanti anda semuanya akan dilatih, akan dididik, akan ditunas kembangkan menjadi individu yang berkualitas yang akan mencintai alam sekitarnya dan pada akhirnya anda akan mempunyai empati terhadap bumi dan alam sekitarnya ,dan akan berujung pada tidak hanya empati, tidak hanya sayang ,tapi Anda semuanya nanti akan berterima kasih kepada alam sekitarnya.
Selama Anda disini Anda akan dididik, dilatih oleh para kakak-kakak Anda, instruktur Anda
Ikuti semua perintah, Anda semuanya akan dilatih, akan dididik, akan ditunas kembangkan…” – Ibu. Teko Sukarmin.
Foto 38. Pembukaan Anak Alam 2.
Materi Pertama: Praktek “Pelajaran bebas asap rokok atau Cerutu berasap”
Simulasi pelajaran bebas asap rokok: (Kak Ditha sedang duduk di pojok, jongkok, ngerokok. Kak Mentari datang dan menasehati) “Kak Ditha, asap yang kak Ditha hasilkan bukan hanya menyakiti kak. Ditha, tapi juga menyakiti kakak, menyakiti udara-udara ini dan kami semuanya bisa jadi sakit”.
Foto 39. Kak Mentari dan kak Ditha. Nasehat supaya tidak merokok.
Dengan praktek “Pelajaran bebas asap rokok atau cerutu berasap” tersebut Anak-anak Alam 2 mengamati bagaimana jikalau paru-parunya menyaring udara yang ada asapnya, baik itu dengan rokok ataupun asap akibat kebakaran hutan. Tisu-tisu berwarna putih bersih ketika terkena asap, bagian tisu akan berwarna kuning. Warna kuning pada tisu menggambarkan paru-paru yang menyaring asap. Merokok artinya pembunuhan terhadap diri sendiri perlahan-lahan. Seorang yang merokok tidak sayang pada dirinya sendiri, menyakiti dirinya sendiri, menyakiti udara ini dan semuanya bisa jadi sakit. Yang paling baik untuk bisa dilakukan adalah mendoakan supaya siapa pun itu bisa merubah sikapnya.
Pelajaran diakhiri dengan bersih-bersih tempat praktek. Setelah lantai kembali bersih seperti semula, Anak Alam 2 bersiap-siap melanjutkan kegiatan berikut di area kebun dekat tenda-tenda tempat mereka tidur semalam.
Foto 48. Kusuka mawar dan bunga terompet…..Kesatria Sambhala.
Anak Alam belajar betapa berbahayanya asap rokok, baik untuk mereka yang merokok, perokok pasif dan merokok itu pun merusak alam semesta. Alat peraga yang dipakai menunjukkan pada saat asap terhirup oleh manusia maka tubuh akan terkena racun, demikian juga alam semesta bila terkena asap rokok maka akan tercemar dan tersakiti.
Materi kedua Anak Alam, Tanahku Kehidupanku:
1). Tanah (Bahasa Yunani: Pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. (2). Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagai tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang khas dalam hal proses pembentukan, keterpadatan, dinamika dari waktu ke waktu, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi, serta ragam pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar . Tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak sama dengan kurun waktu pembentukan batuan. (3). Tanah terbentuk dari pecahan-pecahan batuan induk yang berlangsung secara terus menerus akibat faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan ini, yaitu iklim, organisme, topologi dan waktu. Pecahan dari batuan induk itu berlangsung akibat pelapukan dan penghancuran yang terjadi melalui proses-proses biologi, fisika dan kimia. (4). Lima fungsi utama tanah adalah: (a). Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. (b). Penyedia kebutuhan primer tanaman, yaitu: air, udara dan unsur-unsur hara. (c). Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara. (d). Sebagai akibat biota tanah, baik yang berdampak positif dan karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman. (e). Lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara. (5). Pencemaran tanah terjadi akibat masuknya benda asing (misalnya senyawa kimia buatan manusia) ke tanah dan mengubah suasana/ lingkungan asli tanah sehingga terjadi penurunan kualitas dalam fungsi tanah. (6). Cacing tanah adalah cacing berbentuk tabung dan tersegmentasi dalam filum Annelida. Mereka umumnya ditemukan hidup di tanah, memakan bahan organik hidup dan mati. Sistem pencernaan berjalan melalui panjang tubuhnya. Cacing tanah adalah hermafrodit. Masing-masing individu membawa kedua organ seks pria dan wanita. Mereka tidak memiliki kerangka internal dan eksoskeleton, tapi mempertahankan struktur mereka dengan ruang coelom cairan yang berfungsi sebagai rangka hidrostatik. (7). Fungsi dari cacing tanahL (a). Dapat membantu mengolah sampah dapur menjadi kompos yang baik untuk tumbuhan. Cacing tanah mampu mengubah bahan organik yang dimakan menjadi kotoran (castings) dan urine (worm tea). Kandungan urea dalam urine cacing adalah pupuk alami yang baik. Terlebih kotoran cacing mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, potasium dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tanaman. (r). Tubuh cacing tanah yang terdiri atas 70% protein adalah sumber makanan bergizi tinggi bagi hewan ternak dan peliharaan seperti ayam, bebek, ikan, sidat, dan burung. (c). Kegiatan menggali yang dilakukan cacing tanah mampu menciptakan sistem drainase alami, meningkatkan jumlah udara dan air dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan baik untuk ditanami semua jenis tanaman.
Surat Cinta untuk Anak Alam:
Surat cinta ini ditujukan khusus kepada Anak Alam: Baiklah teman-teman, Maukah kamu menjadi sahabatku? Aku sungguh ingin menjadi sahabat kalian, karena saat ini hidupku aku merasa kesepian, aku tidak dianggap, bahkan aku ditakuti aku tinggal di suatu tempat yang gelap, lembab, tapi percayalah ini bukan tempat yang menakutkan. Aku akui tubuhku kecil, tubuhku tidak sebaik dan tidak setinggi tubuh kalian yang kalian miliki saat ini. Bahkan daya lihatku terbatas sehingga saat ini aku tidak tahu saat ini kalian sedang menggunakan pakaian berwarna hijau, hitam, putih, ungu, pink atau apapun itu. Mukaku tidak sebaik yang kalian miliki, bahlan kulitku sedikit basah, tidak lembut seperti kalian. Aku yakin sat ini kalian memiliki rambut yang indah, yang perempuan pasti bisa diikitat. Bahkan untuk berjalan pun aku membutuhkan tenaga yang sungguh kuat. Aku tidak bisa melangkah secepat kalian, atau loncat-loncat seperti yang kalian lakukan saat kalian merasa senang. Itulah aku, ini yang membuat banyak manusia tidak ingin berteman denganku. Atau tidak apa-apa kalau aku tidak dianggap teman. Setidaknya aku diberikan senyum jika kalian melihatku, bukanlah ketakutan, berteriak atau mengumpat. Asalkan kau tahu sebenarnya kalian ini anak-anak alam sungguh-sungguh teman baikku. Kalian selalu aku anggap teman baik meskipun kalian tidak menganggapku, tidak mau menyapaku atau takut denganku. Dengan segala keterbatasan dan kemampuanku, aku mencoba untuk hidup bersama kalian, membantu alam semesta untuk dapat membuatmu tetap hidup teman-teman. Sehingga tentu saja kalian saat ini dapat bermain, sekolah, tertawa, makan, mandi, dan segala aktivitas hingga saat ini. Aku membantu tanah supaya tumbuhan dapat tumbuh, hingga menghasilkan oksigen yang saat ini kau butuhkan. Aku tidak mau membayangkan suatu saat aku punah. Mungkin kamu akan menderita tersiksa dan juga sedih. Ah sudahlah. Aku tidak mau memikirkan bila suatu saat aku punah. Jadi inti dari apa ang ingin aku katakan adalah: Maukah kalian menjadi sahabatku? “Mau, mau, mau, mau, mau, mau,…”.
Anak-anak alam segera mengetahui “Woww ada surat cinta dari cacing. Woww surat cinta itu ditujukan untuk mereka”. Suara-suara menyahut menjawab pertanyaan cacing tanah datang dari semua anak alam mulai ramai terdengar memecahkan keheningan suasana bilamana mereka berdiam sejenak untuk mendengar another voice dari cacing tanah dalam surat cintanya kepada anak alam yang dibacakan oleh kak. Mentari. Terbayang nggak? Cacing tanah menurut pemikiran banyak orang itu menggelikan dan menakutkan, cacing tidak sekolah dan tidak belajar baca tulis. Tapi di sini bisa menuliskan surat cinta untuk anak alam. Ini aneh tapi nyata di Eco Learning Camp, karena hanya di sini nih ada another voice dari makhluk alam – makhluk tanah yang bisa didengar oleh anak-anak alam melalui seorang pembaca surat. Tentunya ada pelajaran yang terkandung dibalik surat cinta dari cacing tanah tersebut.
“Soalnya cacing itu jalannya susah kan? Buat dari ke kebun ngetok pintu kantor saja dia lama bangat. Berangkatnya jam satu siang, nyampe kantornya jam satu malam. Siapa yang selama ini tidak menganggap keberadaan cacing? Siapa yang selama ini kalau melihat cacing langsung wahh…wahh…wahh…cacing…cacing… cacing? Apakah tadi kalian paham bahwa cacing ini membutuhkan teman dan dia tidak ingin ditakuti. Karena apa yang dia lakukan selama ini adalah untuk membantu kehidupan kalian juga. Betul nggak? Betul nggak kalau nggak ada cacing mungkin tanah kita tidak sebaik ini? Betul ya. Mau kalian menyayangi? Fito mau punya sahabat? Mau Yesi? Aldo, mau Aldo?…Sahabat itu bagaimana sih? Saling menyayangi, betul nggak? Setia, betul nggak? Tidak akan menyakiti, betul nggak? Memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang, betul nggak? Sahabat itu tidak membutuhkan sahabat yang sempurna tapi saling melengkapi, betul nggak? Jadi ketika kalian bertemu sahabat ini, tolong sapa dan tolong ucapkan terima kasih dan juga salam untuk sahabat kalian…Cacing tanah”. – Mentari, Lulusan ITB, Jurusan Biologi – Satria Sambhala Eco Learning Camp
Semua anak alam dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing memiliki ketua. Tugas ketua bersahabat dengan cacing dan memastikan setiap anggota kelompoknya memegang cacing, mengamati apakah punya kepala, bagaimana kulitnya, bagaimana jalannya, apakah punya kaki, apakah punya mata, apakah punya mulut, sebagai tanda bersahabat dengannya setelah mengetahui makhluk tanah ini sebagai ciptaan Allah dan manfaatnya bagi kesuburan tanah dan kelangsungan hidup manusia.
Foto 64. Cuci tangan beramai-ramai karena semuanya kebagian pegang cacing tanah.
Living Values dari pelajaran ini: (1). Tanah merupakan bagian dari kehidupan. (2). Tanah harus dilestarikan agar tidak layu. (3). Tanah merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup. (4). Kondisi tanah mempengaruhi kehidupan di dalamnya. (5). Cacing tanah memiliki peran penting dalam daur kehidupan tanah.
Materi Ketiga Anak Alam:
Nick Vujicic. Pria ini menginspirasi banyak orang, bukan karena model top, bukan karena anak konglomerat, bukan pula karena dia lulusan Universitas terkenal di Aurtralia. Banyak orang mungkin memandang Vujicic dengan sebelah mata “bajak laut” dan menyimpulkan orang seperti dia sudah tidak ada harapan apa-apa untuk survive dalam hidup. Kemungkinan untuk hidup mandiri, produktif dan tidak menjadi beban bagi orang lain sangat kecil. Berdiri di antara satu juta orang bagi mereka Vujicic tentunya tidak berarti apa-apa dibanding dengan yang lainnya. Tapi yang pasti Allah punya tujuan dan rencana yang indah dalam hidupnya, dan semuanya pasti tergenapi tanpa terlewat satu pun. Vujicic telah menjadi motivator hebat bukan hanya di Australia, tapi ke berbagai negara. Allah telah memakai keterbatasannya yang secara fisik cacat tidak memiliki tangan dan kaki, hanya dua potong daging pada bagian tangan dan kakinya tidak sempurna, pendek dan jari-jarinya tidak genap sepuluh di kiri kanan. For with God, everything is possible. Allah telah memakai keterbatasan Vujicic untuk membuatnya menjadi gambar dan rupa Allah yang tidak terbatas untuk menginspirasi banyak orang, jutaan orang. With God impossible is nothing. Nick Vujicic bisa menggapai semua mimpi yang Allah taruh di hatinya hanya dengan iman.
Anak Alam 2 belajar dari kisah Nick Vujicic yang memotivasi mereka untuk maju dalam iman dan menggapai semua cita-cita mereka.
Foto 65. Pelatihan Calon Pelatih (PCP), diklat berjenjang tingkat dasar Himpaudi Kota Bandung.
Foto 66. Empat orang Kesatria Sambhala Eco Learning Camp Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup.
Kesatria Sambhala:
Mengenai asal mula ELC membentuk sekelompok anak muda yang kemudian disebut sebagai kesatria Sambhala yang bertugas melayani peserta Anak Alam, Bpk. Alexander Iskandar menjelaskan: “Itu adalah sebuah legenda dari Tibet. Suatu saat bumi ini sudah sakit parah, sudah hancur, tapi manusia tidak perlu takut. Karena dari kerajaan Sambhala/ Shangrila (Kerajaan Utopia) akan muncul satria-satria Sambhala yang tidak bisa dikenali dari uniform, mereka tidak berseragam. Mereka tidak bisa dikenali dari senjata seperti buatan manusia yang mereka pakai, karena itu bukan senjata mereka. Senjata mereka hanya ada dua, yaitu: Compassion (Cinta kasih) dan pemahaman yang benar untuk mengubah dunia ini kembali menjadi baik. Karena ide Kesatria Sambhala ini baik dan sesuai dengan misi ELC maka dipakailah ide tersebut. Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup kemudian merancang pelatihan yang padat bagi sekelompok mahasiswa, atau lulusan perguruan tinggi supaya ketika sudah menjadi Agent of Change kemudian melayani untuk ELC. Proses kesatria Sambhala di ELC adalah belajar dan pelajaran itu harus terus dibawa ke masyarakat. Ps. Ferry Sutrisna Wijaya menambahkan bahwa kaderisasi ini terus dilakukan.
Selama ini Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup masih terbuka menerima donasi dari siapapun yang mau berbagi berkat, salah satu pemanfaatannya yaitu membantu anak-anak untuk belajar lingkungan hidup di Eco Learning Camp. Demikian hasil survey kunjungan Savemillions. – (Savemillions).