Kunjungan Survey Savemillions 20, 21 Dan 22 Juli 2016 Ke Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia (Ykgai)
KUNJUNGAN SURVEY SAVEMILLIONS 20, 21 DAN 22 JULI 2016 KE YAYASAN KESEHATAN GIGI ANAK INDONESIA (YKGAI)
“Tolong buktikan bahwa preventif itu bisa lebih efektif dan efisien daripada kuratif…” – (Drg. Rizali Noor kepada Sr. Drg. Be Kien Nio OSU)
Sr. Drg. Be Kien Nio OSU dahulu berkarya di Fakultas Kedokteraan Gigi Univesitas Padjajaran Bandung bersama dengan Prof. DR. Soerya Soemantri. Beliau berkontribusi pada bagian Kesehatan masyarakat dan sebagai seorang dosen. Karena pengamatan pribadinya bahwa tenyata hubungan mahasiswa dan masyarakat itu sangat jauh, maka beliau berinisiatif untuk mengajar di Sekolah keperawatan di Jl. Prof. Eijkman. Dari sinilah awal mulanya Sr. Drg. Be Kien Nio OSU sedikit demi sedikit mulai mengenal visi dan misi dari Usaha Kesehatan Gigi Sekolah atau yang disingkat UKGS.
Ketika Drg. Rizali Noor menjabat sebagai Kepala Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan, Sr. Drg. Be Kien Nio OSU yang akrab disapa Sr. Kien tertantang membuktikan bahwa suatu Klinik yang mengkhususkan pelayanannya pada usaha pencegahan dapat meningkatkan kesehatan gigi sekaligus bermanfaat bagi pengelolanya. Tantangan ini diterima menimbang usaha kesehatan gigi kala itu lebih banyak melakukan pengobatan. Sedangkan Usaha kesehatan gigi dengan tujuan pencegahan belum ada.
Semangat Sr. Kien berkarya bagi Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) didukung oleh semua rekan sejawat semenjak berdirinya Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia hingga pada saat ini. Menurut pengakuannya sendiri, beliau tidak mampu mengerjakan semuanya seorang diri. Karena banyak rekanan yang membantu sehingga keberhasilan itu pun dapat dirasakan hingga pada saat ini. Walaupun sudah berusia lanjut dan harus duduk di kursi roda namun tampak jelas semangat Sr. Kien “pendiri YKGAI” untuk berkarya masih ada.
Foto 3. Drg. Maria Aurora Titiana, Sp.KGA (Direktur Klinik dan UKGS) dan Sr. Drg. Be Kien Nio OSU.
“Masih teringat, bahwa kita mulai dengan satu kelas dari SD St. Maria (Sekarang St. Ursula). Seiring dengan berjalannya waktu, sekarang kita boleh berbangga dengan sekitar 15 SD dan 24 TK dengan jumlah murid + 10.056 anak.” – Sr. Drg. Be Kien Nio OSU
Perintis dan pengurus pertama Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia a.l:
(1). Drg. L. Hambali M. (Ketua).
(2). Drg. E. Lingga (Wakil Ketua).
(3). Sr. Drg. Be Kien Nio OSU (Sekretaris I).
(4). Sr. Rosemary Huber (Sekretaris II).
(5). Sr. Jeane Hartono OSU (Bendahara).
(6). Pastor F. Lubbers OSC (Anggota).
(7). Drg. Jenny Sontani (Anggota).
(8). Dr. W. E. M. Teguh Adhiatmaka (Anggota).
(9). Drg. Syarif Suwondo (Anggota).
Foto 4. Dari kiri ke kanan. Drg. Stella Listiany, Drg. Mana Raceke, Drg. Sondang, Drg. Ign. Djoko Adisaroso, Drg. Maria Aurora Titiana Sp. KGA, Drg. Tifani Pelawi, Drg. Audryn Karma; Anak. Berdiri di depan: Alfaro, berdiri di belakang Leon.
“Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia mengawali kariernya pada tahun 1972 dengan UKGS di sebuah Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak saja. Dalam beberapa tahun berkembang pesat menjadi beberapa sekolah….Tanggal 18 Maret 2008 Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia berganti nama menjadi Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia (YKGAI). Pada tahun 2012, YKGAI telah melayani 26 sekolah Taman Kanak-kanak, 15 Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta dengan jumlah total 10.240 anak”. – YKGAI
Ketika awal berdiri Yayasan ini bernama Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, karena pelayanan kesehatan gigi dikhususkan bagi anak-anak, maka sekarang dirubah menjadi Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia. Saat itu direncanakan oleh para sesepuh, Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dengan tujuan a.l:
(1). Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dengan jalan mengadakan usaha preventif dan promotif.
(2). Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).
(3). Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar itu mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).
(4). Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha prevensi gagal melalui system selektif (selective approach).
(5).Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dengan suatu system pembiayaan yang bersifat pra-upaya (prepayment system).
Rencana tersebut didukung oleh pimpinan biara, gereja dan rekan-rekan sejawat Sr. Drg. Be Kien Nio OSU. Mereka itu a.l: (1). Sr. Dionysia Michels (Povinsial Ursulin). (2). Mgr. Arntz OSC (saat itu Uskup Bandung). (3). Prof. Drg. R. G. Soemantri dan (4). Sr. Rosemary Huber MM. Semuanya sepakat untuk mendirikan Yayasan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan dan pendidikan dalam UKGS.
Kemudian rencana ini didukung oleh Catholic rekief sebear Rp. 125.000,-. Pada tanggal 22 Maret 1973 diresmikan sebuah poliklinik gigi YKGI yang bertempat di Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia saat ini Jl. Anggrek No. 60 Bandung. Tepatnya di lantai dasar Asrama Putri Providentia, bagian dari kelompok Susteran Ursulin. Ini didukung oleh Sr. Dionysia karena unsur pendidikan (Provinsial Ursulin saat itu).
Langkah pertama pelaksanaan program UKGS, YKGAI mengundang orangtua dan para guru untuk pembinaan yang bahasannya a.l: (1). Pendidikan kesehatan gigi sekolah. (2). Pencegahan penyakit gigi. (3). Perawatan penyakit gigi menurut selective approach dan sesuai perjanjian. (4). Pengawasan dan kerjasama pihak orangtua dan guru yang diharapkan.
Selanjutnya Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia (YKGAI) melakukan pengumpulan Base Line Data anak-anak mengenai: (1). Karies (DMF). (2). Penyakit periodontal (P.I.). (3). Kebersihan mulut.
Setelah itu secara berkesinambungan YKGAI merealisasikan program pendidikan kesehatan gigi di kelas-kelas, atau Klinik dan melaksanakan program pencegahan juga perawatan di Klinik. Dari data dua puluh lima tahun pelayanan YKGAI menunjukkan bahwa telah dikelola UKGS di tujuh SD, sembilan TKK dan enam play group, a.l: (1). SD Santa Maria Jl. Bengawan 2 Bandung. (2). SD St. Yusuf Jl. Bengawan 2 Bandung. (3). SD St. Maria Bintang Laut Jl. Kebonjati Bandung. (4). SD Taruna Bakti Jl. Martadinata 52 Bandung. (5). SD St. Angela Jl. Merdeka 24 Bandung. (6). SD Kalam Kudus Jl. Kopo Bandung. (7). SD Yuwati Bakti Jl. Suryakencana 43 Sukabumi. (8). TKK St. Yohanes Jl. Bengawan 2 Bandung. (9). TKK St. Angela Jl. Merdeka 24 Bandung. (10). TKK Elektrina Jl. Ciateul Komp. PLN Bandung. (11). TKK Merpati Jl. Jakarta Bandung. (12). TKK Aselia Jl. Lapangan Supratman Bandung. (13). TKK Centeh Jl. Centeh Bandung. (14). TKK Maria Bintang Laut Jl. Kebonjati Bandung. (15). TKK Kalam Kudus Jl. Kopo Bandung. (16). TKK Sukapirena Jl. Suryakencana Bandung. (17). PG Kalam Kudus Jl. Kopo Bandung. (18). PG Tadika Puri Jl. Sanggar Hurip Bandung. (19). PG Tadika Puri Jl. Hasanudin Bandung. (20). PG ABC Group Bandung Jl. Sukajadi Bandung. (21). PG Ananda Jl. Riung Bandung. (22). PG Kuntum Jl. Cipaganti Bandung. (23). PG Vita Iswara Jl. Imam Bonjol Bandung.
Setelah Klinik UKGS berjalan selama dua tahun , masyarakat menginginkan dan mengusulkan pelayanan kepada orang dewasa. Permohonan tersebut ditindak lanjuti, menimbang di Jl. Anggrek masih belum ada Balai Pengobatan Gigi. Dengan demikian pemerintah memberikan izin pendirian BPG di Jl. Cikaso Barat II No. 55 Bandung dan pada tahun 1975 BPG Cikaso mulai melayani umum. Mulai dari dua klai seminggu, hingga ditingkatkan setiap hari kerja setelah enam bulan pelayanan.
Kebutuhan akan tempat pelayanan yang lebih memadai mulai terasa saat sepuluh tahun masa pelayanan BPG tersebut. Karena lokasi BPG saat itu terletak di dalam gang dan tempatnya sangat sempit. Tahun 1987 Sr. Frances OSU pimpinan asrama putri Providentia memberikan izin pakai sebuah ruangan bekas gudang untuk BPG.
YKGI juga bekerjasama dengan Wyata Guna Jl Padjajaran 52 Bandung dalam hal pengobatan gigi bagi para tuna netra dan keluarganya di sebelah Klinik umum yang sudah berjalan. Pelayanan masyarakat Wyata Guna saat itu mulai pukul 08.00-11.00.
Unit Pedidikan Kesehatan Gigi:
Didirikan pada bilan Mei 1978 dengan tujuan membantu usaha Kesehatan Gigi Sekolah, para dokter gigi dan perawat gigi dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan gigi atau pendidikan kesehatan gigi kepada masyarakat. Salah satu kegiatannya adalah produksi dan menyebarluaskan buku-buku dan alat-alat peraga untuk penyuluhan kesehatan gigi, a.l: (1). Buku pendidikan kesehatan gigi untuk Taman kanak-kanak. (2). Buku pendidikan kesehatan gigi untuk Sekolah Dasar. (3). Diktat Preventive Dentistry untuk siswa perawat gigi dan mahasiswa FKG dan berbagai brosur.
Alat peraga itu misalnya: Flipchart, Flashcards, Poster, model, slides, puzle, sticker, kaset lagu-lagu kesehatan gigi, dan video, juga program computer. Ketika itu disebarkan ke dua puluh tujuh provinsi. Data tahun 1997 menunjukkan penyebaran buku Pendidikan Kesehatan Gigi sebanyak 25.965 buku.
Berdasarkan data dua puluh lima tahun pelayanan YKGAI, diungkapkan mengenai buku-buku Pendidikan Kesehatan Gigi terbitan YKGAI juga dipakai oleh sekolah-sekolah di luar kota Bandung, a.l: (1). TKK Santa Maria Surabaya. (2). SD Yayasan Pendidikan Surya Pemandu. (3). TKK dan SD Bellarminus Jakarta. (4). TKK dan SD KPS Jakarta. (5). TKK Permata Bunda, Cimanggis Bogor. (6). TKK dan SD Vincentius Jakarta. (7). TKK Santa Maria Jakarta. (8). TKK Santa Theresia Jakarta.
Sudah sejak tahun 1972 Dokter Gigi Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia menjadikan Pendidikan Kesehatan Gigi dan Pencegahan, sebagai core eksistensinya. Pada tahun 1997 saja sudah tercatat sebanyak 4.103 anak sekolah negeri dan swasta terlayani oleh YKGAI.
Program UKGS di TKK: Bertujuan untuk memperkenalkan Kesehatan Gigi kepada anak-anak TKK supaya mereka dapat memelihara kebersihan dan kesehatan giginya. (1). Pendidikan Kesehatan Gigi: Kelas TK kecil dan TK besar memerlukan buku Pendidikan Kesehatan Gigi. (2). Pencegahan penyakit gigi: (a). Pemeriksaan teratur. (b). Pemeriksaan rongga mulut. (c). Pemberian Pendidikan Kesehatan Gigi di Klinik. (d). Mempelajari cara memelihara kebersihan mulut. (e). Pengulasan fluor untuk mencegah kerusakan gigi.
Foto 14. Drg. Maria Aurora Titiana, Sp. KGA (Direktur Klinik dan UKGS) dan Sr. Drg. Be Kien Nio OSU.
Program UKGS di Sekolah Dasar: Dilakukan setiap satu bulan satu kali atau dua minggu sekali sesuai perjanjian. (1). Pencegahan penyakit gigi dan perawatan, program ini a.l: (a). Pemeriksaan teratur. (b). Diagnosa untuk menentukan perawatan apa yang diperlukan. (c). Pembrsihan rongga mulut. (d). Pemberian Pendidikan Kesehatan Gigi di Klinik. (e). Mempelajari cara memelihara kebersihan mulut. (f). Pengulasan fluoruntuk mencegah kerusakan gigi. (g). Pencabutan gigi susu dengan Chlor Aethy. (h). Penambahan gigi tetap dengan Amalgam. (2). Perawatan yang tidak dilakukan: (a). Penambalan gigi tetap dengan bahan lain. (b). Pencabutan gigi tetap. (c). Perawatan dengan pembedahan. (d). Perawatan yang menggunakan emas. (e). Perawatan urat syaraf gigi. (f). Perawatan gigi palsu. (g). Perawatan penyakit periodontal. (h). Perawatan Orthodonti/ meratakan gigi. (i). Pengambilan X-Ray gigi atau foto gigi.
Hasil survey yang dilakukan riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi permasalahan kesehatan gigi dan mulut terutama karies (lubang gigi) dan penyakit periodontal (penyangga gigi) masih tinggi, 60-90% di tingkat nasional, sedangkan untuk regional Jawa Barat 72,1%.
Dari data Depkes RI diungkapkan bahwa World Health Organization (WHO) menetapkan program Millenium Development Goals (MDGs) 2015 bahwa target kesehatan gigi nasional adalah indeks < 2 dan indeks OHI-S < 1,2. Menurut WHO keadaan karies gigi di Indonesia cenderung meningkat dari DMF-T = 0,7 (1973) menjadi 2,3 (1979-1982) dan pada survey kesehatan gigi terakhir = 2,6 (1984-1988). Ini artinya dari tahu 1979-1988 kesehatan gigi di Indonesia mengalami angka penurunan. Pengukuran dilakukan pada kelompok anak usia dua belas tahun.
Dengan demikian maka Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia (YKGAI) menawarkan kerjasama dalam program usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), yang mana program tersebut sudah direalisasikan sejak tahun 1973 hingga sekarang.
Sekarang (tahun 2016) Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia mempunyai lima puluh tiga Sekolah binaan di kota Bandung. Terdiri dari 11.193 murid dari Play Group, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Melalui pelayanan pencegahan (preventif) dan upaya peningkatan (promotif) dibangun pola kebiasaan memelihara kesehatan mulut scara dini melalui kegiatan sikat gigi bersama dengan Plaque Control dan pemberian fluor untuk perlindungan pencegahan supaya gigi tidak berlubang , deteksi dini penyakit gigi dan mulut serta perlindungan aspek lainnya.
Pada anak usia enam sampai dua belas tahun akan terjadi Periode Mix Dentition (Periode Gigi Campuran). Gigi pada anak usia ini terdiri dari gigi susu dan gigi tetap. Periode ini merupakan masa yang sangat rawan terjadinya karies (lubang gigi) dan perlu perhatian lebih.
Program UKGS yang dikelola oleh Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia telah berhasil menurunkan indeks DMF. Ini terbukti pada tahun 2014 indeks DMF 0,61, sedangkan untuk indeks OHI-S 0,97 dengan kondisi free caries (bebas karies) sebesar 75%.
Dengan demikian enam tahun pertama UKGS dikelola oleh YKGAI bisa berkontribusi baik menyerahkan anak-anak tamatan Sekolah Dasar dalam kondisi gigi yang sehat, yaitu: Geligi lengkap, bebas karies aktif, semua lubang ditambal, dan semua sisa akar telah diambil (diekstraksi)
Adapun kepengurusan Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia saat ini a.l: (1). Bambang Maryono MT, selaku Ketua Yayasan. (2). Drg. Ira Widjaya, selaku Wakil Ketua. (3). Drg. Maria Aurora Titiana, Sp.KGA, selaku Direktur Klinik dan UKGS. (4). Drg. Stella Listyani, selaku Kepala Unit DHE. –
Sampai dengan saat ini Yayasan Kesehatan Gigi Anak Indonesia masih terbuka dan menerima donasi dari berbagai pihak yang mau berbagi berkat dan punya hati untuk pelayanan kesehatan gigi anak. Demikian hasil survey kunjungan Savemillions. – (Savemillions).