Kunjungan Survey Savemillions Rabu 13 Juli 2016 ke Yayasan Pusat Kebudayaan
Kunjungan Survey Savemillions Rabu 13 Juli 2016 ke Yayasan Pusat Kebudayaan
Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan adalah salah satu peninggalan zaman Belanda dan memiliki nilai sejarah. Menurut cerita Ibu. Lenny Muliawaty seorang pengurus yang sudah sekitar tiga puluh tahun menjadi staff yayasan, dahulunya gedung ini sempat dikenal sebagai gedung singa. Karena dua buah patung singa yang didesain khusus oleh seorang arsitek asal Negeri Kincir Angin “Mijnheer. G. J. Bel” menghiasi dua sisi gerbang/ pintu masuk utama ke gedung. Tadi-tadinya ketika pendirinya atau yang membangun gedung ini “Mijnheer. G. J. Bel” masih tinggal di Indonesia, khususnya di kota Bandung fungsinya adalah sebagai tempat hiburan/ gedung pertunjukan.
Foto 3. Prasasti Biro Arsitektur Fermont Cuypers.
“ARCH.EN.INGRS.BUR: FERMONT-CUYPERS. Teks ini menunjukkan nama Biro Arsitektur yang membangun gedung Stichting Cultur Center, yaitu N. V. Architecten Ingenieursbureau Fermont te Weltevreden en Ed. Cuypers te Amsterdam.”
Kunjungan Savemillions diterima oleh Ibu. Lenny Muliawaty. Beliau sudah menjadi bagian dari Yayasan Pusat Kebudayaan semenjak remaja putri, dimulai dari kecintaannya pada seni tari. Saat itu beliau mempelajari seni tari, setelah menamatkan studinya ada rekruiting dan berhasil diterima. Sekarang sudah puluhan tahun, dari remaja putri sampai beruban sudah banyak kontribusi yang diberikannya pada yayasan.
Mendengar sebagai seorang pemula adalah sangat baik, ini pengalaman yang diceritakannya, sekarang sesepuh yayasan yang masih ada yaitu guru tarinya pada saat itu “Bpk. Wigandi”, Ibu. Leni termasuk yang paling banyak tahu mengenai keberadaan yayasan ini sejak tiga puluh tahun terakhir. Kalau mau lebih banyak tahu, contact person yang tepat adalah Bpk. Wigandi. Tapi kok tega yah, orang tua sudah berumur ditanya-tanyain? Lokasi tepatnya beralamat di Jl. Naripan No. 7-9 Bandung.
Foto 4. Ibu. Lenny Muliawaty, pengurus Yayasan Pusat Kebudayaan.
Yayasan Pusat Kebudayaan didirikan oleh negara Pasundan pada hari Jumat 22 April 1949 di hadapan Notaris Mijnheer Hendrik Joseph Lamers di Bandung dengan akte nomor 127 dalam bahasa Belanda. Didirikan oleh sepuluh orang, a.l: (1). A. Poeradiredja. (2). S. Joedawinata. (3). T. A. Soenarja. (4). L. K. Snijders. (5). Masdoeki. (6). Moehamad Koerdi. (7). Tan Hwat Tjiang. (8). Winagoen. (9). Berdaja. (10). M. Lamers.
Setelah pemerintahan RI, ada perubahan pada akte 10 September 1956 di hadapan notaris Mijnheer. Tan Eng Kiam di Bandung dengan akte nomor 44. Para penghadap a.l: (1). S. Soemardja. (2). Moehamad Koerdi. (3). Sudarso. (4). A. Roestono. (5). Tan Eng Kiam.
Foto 5-7. Ruang Pertunjukan Yayasan Pusat Kebudayaan, saat ini sedang direnovasi pada bagian panggung.
Status gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) saat ini adalah milik negara, dengan hak penghunian YPK karena YPK sendiri sudah menghuni dan mengelola gedung ini sejak sebelum perang. Dengan demikian nama gedungnya pun sama dengan nama yayasan, yaitu Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK). Mulanya dalam bahasa Belanda “Stichting Cultur Center”. Dari dahulunya gedung ini pun sudah difungsikan sebagai tempat pembinaan, pengembangan dan apresiasi seni budaya.Tentunya disesuaikan dengan misi sebagaimana tercantum di dalam akte.
Gerak dari pelayanan Yayasan Pusat Kebudayaan adalah di bidang pembinaan dan pengembangan kesenian dan kebudayaan sesuai dengan anggaran dasarnya. Terutama kesenian dan kebudayaan daerah Parahyangan. YPK juga menyelenggarakan pendidikan, kursus-kursus, latihan-latihan dan pertunjukan-pertunjukan dalam rangka pengembangan. YPK sebagai lembaga non-komersial memperluas jangkauannya dengan menerima keanggotaan yang terdiri dari badan/ lembaga pengelola seni/ budaya, dan dalam aktivitas kegiatannya tentu bekerjasama dengan instansi dan atau lembaga seni budaya terkait.
Foto 9-12. Ruangan ini sering dipakai untuk pameran Lukisan. Tanggal 23-24 Juli 2016 akan dipakai untuk pameran robot.
Pada periode tahun lima puluhan, sekitar tahun 1949 s/d tahun 1960 YPK berada pada masa kejayaannya. Saat itu dana diperoleh dari pemerintah, departemen pendidikan dan kebudayaan pusat, maupun dari donatur dan sumbangan-sumbangan lainnya. Karenannya YPK dapat melaksanakan setiap kegiatannya dengan utuh-efektif dan produktif sesuai program. Kursus-kursus dan latihan yang dilakukan oleh YPK a.l: (1). Wayang golek. (2). Tari-tarian: Tari kursus, Tari gaya Cece Soemantri, Tari Jawa (Surakarta dan Yogyakarta), Tari Bali. (3). Pencak Silat.(4). Karawitan. (5). Bina Vokalia: Nasional, Kawih, Tembang Sunda. (6). Macam-macam Kesenian Rakyat: Reog, Calung, Angklung, Sandiwara Sunda.
YPK tidak hanya merealisasikan programnya, tapi juga membantu badan/ lembaga-lembaga yang ingin menggarap pembinaan seni/ budaya, serta latiha-latihan di YPK, a.l: (1). Wirahma Sari. (2). Yayasan Padalangan Jawa Barat. (3). BKI. (4). STB. (5). ATF. (6). ISI. (7). BKKNI. (8). LBSS.
Banyak sekali seniman dan organisasi kesenian, terutama seni budaya Sunda telah berhasil, ini semua karena YPK dengan setia melakukan pembinaan. Mereka telah menunjukkan prestasinya di masyarakat. Siapa yang tidak kenal dengan nama: Bing Slamet, Upit Sarimanah, Ade Kosasih Sunarya, Asep Sunandar Sunarya, Wigandi Wangsaatmaja. Masih banyak tokoh-tokoh teater keluaran ATF, perkumpulan tari Wirahma Sari, STB dan lain-lain.
Kejayaan Yayasan Pusat Kebudayaan mulai memudar pada tahun 1961/ 1962. Ini merupakan akibat dari politik dan perubahan-perubahan ketatanegaraan serta pergeseran kehidupan di Indonesia. Kemerosoran kejayaan ini bertambah dari tahun ke tahun, paling rawan pada saat pemberontakan G.30.S PKI. Ketika itu kegiatan kesenian dan kebudayaan jadi vakum selama beberapa tahun. Sebab utamanya adalah karena warta harian WARTA BANDUNG berkantor di sebelah Barat gedung YPK Jl. Naripan No. 7-9 sekarang ini digunakan sebagai kantor Caraka Sundanologi ternyata tersangkut paut dengan G.30.S PKI. Hal tersebut tentunya merugikan atau berdampak buruk bagi eksistensi YPK.
Usaha untuk memulihkan kembali kondisi YPK pun gencar dilakukan. Perintisan kembali dilakukan pada tahun 1968, dalam keadaan ruangan-ruangan yang sudah banyak dipergunakan untuk kegiatan lain. Misalnya saja ruangan aula depan yang sekarang sering dipakai untuk event-event pameran, ketika itu dipakai oleh Harian Berdikari yang kemudian menjadi Bandung Pos, ruangan sebelahnya telah dipakai oleh Yayasan YPKP yang saat itu menyelenggarakan Pendidikan Perbankan. YPK hanya menempati ruang pertunjukan saja.
Dalam keadaan yang sangat memprihatinkan tersebut YPK tetap konsisten pada misisnya. Latihan-latihan dan pertunjukan terus dilakasanakan namun secara terbatas. Karena kondisi gedung saat itu sudah tidak menunjang kebutuhan aktivitas. Sepuluh tahun gedung YPK tidak pernah terjamah oleh pemeliharaan yang memadai. Kegiatan diusahakan sebisa mungkin, ini berlangsung hingga tahun 1975 dengan mengusahakan peningkatan sederhana tempat latihan dan pertunjukan pada beberapa bagian.
Tahun 1976 pembenahan dan penataan mulai ditingkatkan secara serius. Dilakukanlah pembenahan fisik gedung, penataan personalia, penataan dan pengadaan perlengkapan dan lain-lain. Saat itu perlengkapan YPK sudah tidak memadai lagi, misalnya saja kursi besi yang sudah tidak layak pakai. Secara bertahap, sedikit demi sedikit dengan dana seadanya hasil usaha sendiri semua yang diharapkan mulai terlihat hasilnya sehingga kegiatan pun meningkat. Usaha pun berjalan hingga 1979 dan berhasil menggembirakan.
Usaha keras untuk pembenahan dan penataan hingga pencapaian hasil menggembirakan tersebut semata-mata swadana dan swakelola. Banyak dana yang dikeluarkan itu berasal dari kantong para aktivis pengurus YPK sendiri. Perjuangan paling berat terasa ketika memperjuangkan ruangan-ruangan yang dipergunakan oleh badan-badan lain, agar kembali berada dibawah kuasa YPK.
Foto 15-17. Ruang ini sering dipakai untuk rapat para seniman.
Foto 18. Penghargaan kepada Yayasan Pusat Kebudayaan untuk event Kongres Bahasa Sunda 1993 dari Bpk. Tri Sutrisno ketika beliau menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
Pada tahun 1980-an pemerintah mulai menunjukkan perhatiannya, terutama dikaitkan dengan kepentingan program pembangunan pada bidang kepariwisataan. Banyak instansi pemerintah yang mulai memanfaatkan gedung YPK untuk macam-macam kepentingan, mulai dari pameran pembangunan, promosi kepariwisataan dan lain-lain. Apalagi ketika usaha YPK untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah berjalan mulus dan menggembirakan. Ini berdampak pada peningkatan kegiatan seperti seminar, diskusi, pagelaran studi, pembinaan sandiwara Sunda dan lain-lain.
Pada saat FFI diselenggarakan di Bandung, gedung YPK menjadi kantor panitia penyelenggara dari kotamadya Bandung. Namun sayangnya panitia ketika itu meninggalkan hutang dan menjadi beban YPK, dengan demikian harus diselesaikan oleh YPK. Selanjutnya ketika ATF diselenggarakan di Bandung tahu 1990, gedung YPK menjadi pusat kegiatan. Karena kegiatan tersebutlah maka gedung YPK direnovasi oleh pemerintah kotamadya Bandung dengan anggaran yang disebut bantuan renovasi gedung YPK dari pemda provinsi Jawa Barat dan Pemda kotamadya Bandung yang tidak diketahui jumlah biayanya.
Dengan keadaan fisik gedung YPK saat ini yang representatif, menjadi kebanggan bagi para pengurus YPK. Namun ada saja pihak lain yang melirik tajam ingin menguasai/ memiliki/ menduduki gedung tanpa memperdulikan jerih payah dan perjuangan pengurus YPK. Mereka tidak memahami akan eksistensi YPK sebagai penunjang pemerintah di bidang pembangunan kesenian dan kebudayaan.
Jadwal kegiatan rutin YPK sejak tahun 2006 hingga sekarang, a.l: (1). Latihan Pencak Silat YPK, dua kali seminggu, Kamis dan Minggu. (2). Latihan Jaipongan YPK, dua kali seminggu, Jumat dan Minggu. (3). Latihan Tembang Sunda, satu kali seminggu, setiap Rabu. (4). Pagelaran wayang golek, dua kali sebulan, minggu kedua dan keempat. (5). Latihan tari Sunda Klasik dan Tayuban, dua kali seminggu, Senin dan Sabtu. (6). Pasanggiri Jaipongan, setiap tahun. (7). Latihan dalang, dua kali sebulan, Jumat atau Kamis. (8). Kegiatan tidak rutin di Yayasan Pusat Kebudayaan, seperti pameran lukisan dan latihan sandiwara Sunda.
Ketika berkunjung Savemillions menemukan gedung Yayasan YPK ini bocor di mana-mana sehingga lantai pada beberapa ruangan pun banyak yang basah tergenang air, dan tampak dua orang karyawan YPK yang sibuk mengepel dan mengeringkan lantai. Beberapa buah ember sengaja diletakan tepat di bawah bagian genteng yang bocor untuk menampung rembesan air hujan yang menetes ke bawah. Demikian hasil survey kunjungan Savemillions. – (Savemillions).